Tuesday, November 11, 2008

Datangnya Kematian Itu Lebih Cepat Dari Pasang Antena

Oleh M. Rum Budi S.

Di luar kasus penganiayaan berat atau tabrakan, orang bisa sekonyong-konyong mati mendadak kendati sebelumnya tampak sehat-sehat saja. Namun, makna sehat di sini belum tentu berarti betul secara medis terbilang sehat.Mungkin kelihatannya saja sehat, tapi sesungguhnya mengidap penyakit yang tak dirasakan atau tidak pula menunjukkan gejala maupun tanda-tanda. Setiap kematian mendadak itu senantiasa mengejutkan bagi orang-orang terdekatnya.

Datangnya kematian memang tidak diberitahukan, tetapi manusia diberi kepastian akan datangnya kematian. Datangnya kematian bisa mendadak, bisa normal-normal aja atau setelah tua baru mati. Sebagian orang senang mati mendadak, alasanya tidak merepotkan orang lain, kalau pakai sakit dahulu kasihan yang merawat. Bagi sebagian yang lain berbeda pendapat, sakit itu nikmat katanya, bila diberi sakit dahulu berarti datangnya pengampunan, karena sakit itukan penebus dosa bagi yang sabar menjalaninya. Berbeda pula rasanya kemungkinan untuk orang yang sudah diberi tahu waktu kematiannya, seperti kasusnya orang yang dihukum mati. Dalam kasus hukuman mati saya setuju sebagaimana pendapat Amrozi, mau dihukum tembak, dihukum pancung, mau disuntik terserah eksekutornya, yang jelas kematian harus dihadapi. Sebenarnya bagi yang mati, mau mati mendadak atau tidak sama saja, yang membedakan persiapan untuk bekal matinya.

Kita hidup dari saat ke saat dari hari ke hari, demikian juga datangnya kematian dari waktu ke waktu pasti menghampiri setiap yang berjiwa. Kematian itu datangnya lebih cepat dari memasang antene. Buktinya ada tukang antena internet yang esok hari berjanji mau memasang antena dirumah saya, tetapi waktu saya tunggu kedatangannya, bapaknya mengabarkan kalau anaknya si tukang antena malam harinya meninggal dunia karena tabrakan, walaupun umurnya sepantaran anak saya, tapi dia lebih dulu dipanggil Allah. Tua atau muda semua akan tunduk bila kematian telah menjemputnya.

Dari Abdullah bin Umar RA, Ia berkata : Rasulullah SAW pernah melewati saya, pada waktu itu saya sedang memperbaiki tembok saya dan ibu saya. BeIiau bersabda, “Apa ini wahai ‘Abdullah ?“ Aku menjawab, “ya Rasulullah, ini sudah rusak, maka dari itu kami lalu memperbaikinya” BeIiau bersabda, “Urusan (akhirat) itu Iebih cepat dari pada yang demikian itu”. Dan dalam satu riwayat, dia berkata Rasuluilah SAW pernah melewati kami pada waktu itu kami sedang memperbaiki rumah kami yang rusak. Lalu beiiau bertanya, “Apa ini ?“ Maka kami menjawab, “Rumah kami yang sudah rusak, maka kami memperbaikinya” Beliau bersabda, “Tidaklah aku melihat urusan (akhirat) itu kecuali lebih cepat dari yang demikian itu”. [HR. Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban].

Hari esok itu manusia tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Masa depan betul-betul milik Allah. Manusia hanya merencanakan Allah yang menentukan. Selama waktu masih ada manusia diberi keluasaan dalam tataran proses hidup dengan sebaik-baiknya, tetapi manusia punya batas yang nyata dari akhir segala proses hidup ini yaitu kematian. Hal yang barangkali perlu diingat ”tidak semua yang manusia rencanakan akan berhasil dan tidak semua hasil sesuai yang manusia rencanakan”. Hidup ini hanya sementara dan di dunia ini tidak yang sempurna. Kesempurnaan itu hanya ada dalam syair dan lagu, bukan dalam kenyataan ini. Kesempurnaan itu hanya milik Allah yang maha sempurna.

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS al-Jumuah: 8)

Boleh saja manusia bekerja keras untuk mengumpulkan uang dan meraih apa yang dibutuhkan serta diinginkan, tapi ingat banyaknya uang tidak bisa menggeser datangnya kematian. Lamanya hidup di dunia ini tidak menentukan kualitas hidup di alam kehidupan setelah mati. Kemuliaan hidup sesudah mati sangat ditentukan oleh kedekatan manusia dengan Allah pada saat menjalani proses hidup dunia. ” Manusia itu butuh uang untuk dekat dengan Allah, bukan kedekatannya dengan Allah untuk cari uang”.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA ía berkata : Rasulullahah SAW memegang pundak saya lalu bersabda, “Jadilah kamu di dunia ini seolah-olah kamu orang asing atau orang yang sedang di dalam perjalanan” Dan Ibnu Umar berkata, “Apabila kamu berada di waktu sore, Janganlah kamu menunggu waktu pagi. Dan apabila kamu berada di waktu pagi, maka janganlah kamu menunggu waktu sore. Beramallah di waktu sehatmu untuk simpanan di waktu sakitmu, dan beramallah di waktu hidupmu untuk simpanan ketika matimu”. [HR. Bukhari].

1 comment:

Unknown said...

Orang yang cerdas adalah yang slalu ingat mati...

Manusia bisa terhindar dari 1001 sebab kematian yang melingkupinya setiap hari...

Tetapi tidak akan lepas dari no.1002 yakni Tua/Tuwo/Old ..