Saturday, July 25, 2009

Ini Hari Jumat Tapi Saya Tidak Takut

Oleh: M. Arifin J. Pradipto

Biasa hari jumat.....hari yang selalu saya tunggu karena hari itu berati saya bisa pulang ke bandung bertemu kembali dengan istri dan anak-anakku, setelah sejak senin saya tinggal ke jakarta dan harus bergelut dengan pekerjaan kantor yang sangat melelahkan, apalagi matahari jakarta tak pernah merasa kasian sedikitpun kepada siapa saja yang ada dibawahnya....dan biasa juga kalau pulang bandung saya selalu menggunakan travel jakarta bandung yang sudah menjadi langganan....antrian dengan sederet daftar tunggu yang kadang sangat panjang sering terjadi pada weekend seperti ini....kebetulan waktu itu saya mendapat pemberangkatan yang tidak terlalu malem sekitar jam lima sore dari satu shuttle point di jakarta.

Perjalanan sangat pelan dengan, biasa....., kepadatan dan kerumitan jalanan jakarta pada jam pulang kerja...begitu sangat lamban hingga untuk mencoba tidurpun menjadi sangat susah...dengan bayangan betapa lamanya saya harus sampai ke bandung dengan kondisi jalanan yang begini...kadang menjadi marah, entah pada siapa, tapi yang jelas perasaan itu mengusik kantuk dan membuat mata membelalak dengan pikiran melayang-layang yang menyebabkan semua persoalan malah bermunculan dan meminta dipecahkan dengan paksa......tapi segala keterpaksaan tak pernah menghasilakan apa-apa.....betapa suntuk dan penatnya semua beban itu terasa.....

Sampai di bandung sudah agak malem sekitar jam setengah sembilan....saya harus turun dari travel di tempat dimana saya biasa berganti dengan angkot yang membawa saya menuju jalan pulang....bersama dengan dua penumpang yang lainnya kami turun di tempat yang sama. Dengan segala kegesitan bak seorang prajurit di medan perang mereka dengan sigap berjalan hampir berlari ke arah yang tanpa saya ketahui hilang ditelan angin yang kebetulan malem itu amat dingin....ah biar saja saya tidak perduli, yang saya pikirkan adalah dapet angkot trus pulang....tapi entah kenapa lama sekali sang jagoan belum nongol-nongol juga....dengan gelisah saya melongok, merokok, melamun dan entah kenapa saya menengok kebelakang dan........

Disitu saya melihat masjid yang berdiri tenang seperti tidak tersenyum tetapi juga tidak kelihatan arogan....kalem dan sangat bersih....tidak banyak tanaman, semua polos dan cuma ada sepetak rumput tetapi sangat terawat, datar dan sangat hijau.......mungkin karena memang sudah malem untuk ukuran orang sholat isa’ hingga sangat sepi, cuma ada satu orang di dalam masjid yang duduk bersila, saya tidak tahu persis apa yang sedang dilakukannya karena saya berada di luar.....

Andai saja sekompi tentara berlompatan dari truk anti huru hara persis di depan saya dan menodongkan senjata mereka ke arah saya untuk memaksa melakukan hal lain selain naik angkot mungkin saya akan menjawab ”tidak! saya harus naik angkot sekarang, saya suntuk, saya mau pulang!....Ini hari jumat pak?!”......tetapi entah kenapa waktu itu saya justru melangkahkan kaki saya memasuki masjid itu......saya lepas sepatu dan tidak saya duga di tempat penitipan sepatu masih ada penjaganya, saya titipkan dan bapak itu menyodorkan kartu penitipan yang terbuat dari mika dengan angka ditulis tangan menggunakan spidol hitam.........

Niat awal saya sebenarnya sekalian buang air kecil toh kalau sholat sebenarnya bisa saya lakukan setelah sampai di rumah....dan biasanya juga begitu.....kemudian saya ambil air wudlu, dengan sebelumnya saya buang air kecil sesuai rencana,......setelah selesai berwudlu sambil mengusap-usap air wudlu yang tersisa di wajah, mengelap dan mengibas-ibaskan yang di tangan, saya masuki masjid, saya melihat bapak yang tadi masih duduk bersila disitu, saya ambil tempat agak ke sisi samping mepet dengan tembok, berdiri dan siap sholat, tiba-tiba..........

Deb!.........masjid itu seperti tiba-tiba berubah menjadi ruangan ICU, yang terdengar hanya suara detak jantung dug...dug...dug...dst......semua suara yang tadinya hingar bingar hilang lenyap tanpa saya sadari.....klakson sopir angkot yang bertubi-tubi karena ingin memaksa seorang penumpang untuk naik walau bukan jurusan yang ingin dinaikinya, atau suara peluit tukang parkir yang menggemparkan seolah-olah sedang memutuskan tendangan pinalti yang sangat menentukan kemenangan dan gengsi suatu negara...atau suara orang ketawa karena ngobrol dengan temannya......tetapi saya coba untuk tetap meneruskan sholat, saya paksakan untuk tidak perduli....

Dengan perlahan tetapi tak mampu dilawan, kepala saya yang tadinya tegak dipaksa menunduk menghadap sajadah karpet masjid....seperti gerakan tukang cukur yang memaksa lembut karena mau mencukur bagian belakang rambut kita......bahu saya ditekan dengan berat tetapi sangat pelan bergerak dengan sendirinya sampai membentuk busur seperti gantungan baju, menggantung dengan sangat santai......seperti seorang komandan yang sedang mengatur posisi prajurit dari samping, berusaha menekan punggung saya untuk tegak dan membiarkan kepala saya tetap menunduk.....kaki saya dipaksa melangkah lebih lebar sedikit meluruskan jari-jari kaki ke arah kiblat dan memaksa lutut saya tegak sampai benar2 lurus....

Semua kejadian itu berlangsung dengan sadar....tetapi saya berusaha untuk membiarkan apa yang terjadi dengan tenang tanpa harus melawan, apalagi merasa takut, karena saya yakin waktu itu, entah apa dan siapa itu telah membuat saya jadi rileks, tenang dan membuat sholat saya jadi khusuk.......nafas saya menjadi berat dan sangat teratur, bacaan saya tanpa saya sadari terbaca ter-eja satu per satu, pelan dan menjadi sangat jelas......perasaan yang ada hanya rileks............sangat santai......dan sama sekali tidak terbesit untuk memikirkan hal yang lain.......waktu bukan lagi mencemaskan.....penat dan suntuk hilang seketika...... rasa syukur meluap-luap hingga seolah-olah berebut tempat dalam dada karena saking banyaknya.......waktu seolah berhenti di situ,.......... ralat terhadap posisi dan gerakan berlangsung terus hingga sholat selesai, posisi kepala waktu ruku’, telapak tangan di lutut, punggung waktu sujut,telapak tangan waktu takbir, dan masih banyak lagi, sangat pelan dan saya biarkan hingga posisi sesuai dengan yang dinginkannya......saya semakin membiarkanya, saya sangat menikmati instruksi-instruksi dengan caranya..... dalam hati saya bertanya “apa demikian sih sikap sholat yang benar?”

.....begitu sampai sholat selesai......

Sudah tidak ada orang di masjid itu, mungkin karena terlalu lama atau apa.....saya tidak tahu kapan orang yang duduk bersila tadi pergi......saya rebahkan badan sambil terlentang....sambil terpejam saya pikirkan apa yang baru saja terjadi....tidak begitu lama, tiba-tiba!.....gerakan itu datang lagi, menekan dengan lembut dahiku ke arah kedua pelipis......sehingga kerutan persis ditengah-tengah dahi benar-benar telah lenyap.....kedua ujung bibir ditekan ke atas ke arah belakang kedua telinga.....sehingga tanpa saya sadari saya telah tersenyum dengan sangat pelan.....dan tiba-tiba berhenti pada tarikan tertentu....sehingga yang tertinggal di bibir saya adalah senyum yang sangat lembut dan tipis.....tetapi berbeda dengan apa yang saya rasakan, saya merasa tersenyum lebar dan sangat hangat......dengan rasa syukur yang luar biasa......

Saya ambil sepatu dan bapak itu sambil tersenyum menyodorkan sepatu saya yang barangkali hanya satu-satunya sepatu yang dititipkan karena memang sudah tidak ada lagi orang yang sholat di masjid itu......saya ambil dan saya mencoba memberikan sedikit imbalan uang atas segala kebaikan yang sebenarnya sangat tidak seimbang.... senyum bapak itu tidak dapat dibayar!......

Seperti seorang pejabat yang sudah ditunggu oleh mobil dan sopirnya....begitu keluar dari halaman masjid sudah ada angkot berhenti yang pintunya persis di depan saya.....saya buka pintu dan duduk di samping sopir karena kebetulan tidak ada orang yang duduk di depan.....sambil masuk angkot dengan ringan dan senyum selalu menghias perasaan saya serta sangat tenang........seperti ketenangan seorang jenderal karena memenangkan perang yang melelahkan telah membuat saya tertidur, layaknya bayi yang baru saja digantikan popoknya......sementara angkot terus melaju tanpa saya sadari.....kantor pos!......begitu yang saya ucapkan lirih ketika bangun dengan menoleh-noleh liar meraba-raba kira-kira sampai dimana....perjalanan setengah jam hingga hampir satu jam tidak terasa telah saya lalui dengan tidur.....kantor pos menandakan saya sudah kelewat dari tempat yang seharusnya saya berhenti dan berganti dengan ojeg ke atas ke arah perumahan...

Perasaan yang sedikit bingung, perasanaan yang kembali bergemuruh, menghitung, menimbang, memperkira, menyesal, terburu-buru, utung, rugi, sakit, capek, ngilu, malem, waktu, massa dan segala jenis satuan telah mendesak-desak dan terus berputar-putar di dalam otak...perasaan saya seperti seember air penuh di waktu pagi yang digoyang-goyang hingga bergolak-golak.....saya kembali lagi dengan angkot yang berlawanan sampai ketempat yang semestinya saya berhenti untuk ganti dengan ojeg....sampai dirumah saya membuka pintu pagar dengan pelan-pelan karena takut membangungkan anak-anak saya yang sedang tidur......dengan sangat cepat dan sudah menjadi kebiasaan saya buka pintu karena memang tidak dikunci, begitu kalau jumat dan kalau tahu saya mau pulang maka istri saya membiarkan pintu rumah tidak terkunci,......

Seperti biasa saya buka sepatu, saya kumpulkan tenaga kembali dengan pelan untuk menempatkan tas dan sepatu pada tempatnya, melepas baju, dan celana dengan sangat pelan karena takut membangunakan anak-anak dan istriku yang sedang tidur, sambil menguras semua benda dari kantong baju dan celana untuk saya letakan di meja...dan tanpa saya sadari saya mendapatkan angka 34 berbentuk potongan mika kecil berwarna hijau bertuliskan tangan dengan spidol hitam....saya mencoba mengingat-ingat benda apa ini, wah ini pasti dari sebuah tempat penitipan tapi dimana?.....saya mulai teringat dan betapa saya menjadi lemas terhadap apa yang baru saja terjadi......mika kecil itu ternyata adalah nomor penitipan sepatu di masjid yang baru satu jam yang lalu saya tinggalkan yang memberikan kenangan dan kenyamanan hati yang begitu dasyat serta pelajaran sholat yang begitu mahal.....nomor itu terbawa dan saya simpan hingga sekarang.....

Saya jadi teringat ayat dalam surat Ar-Rahman surat ke 55 dalam Al-Qur’an..........fabiayyiaalaa irobbikumaa tukdzdzibaan?...........maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.....

Mungkin itu pula lah Allah SWT mengulang-ulang ayat tersebut hingga 31 kali dan mengakhiri surat tersebut pada ayat ke 78 yang artinya:

.......Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia.......

Karena begitu gampangnya orang melupakan apa yang menjadi karunia Allah SWT dan menjadi sangat ingkar terhadap nikmat-nikmatnya serta kurang bersyukur.....Ya Allah ampuni dosa-dosaku........

Bandung, 20 Juni 2009
Sebuah kisah nyata