Friday, September 25, 2009

Hari Kemenangan Idul Fitri

Oleh: M. Rum Budi S.

Masyarakat Melayu (Indonesia-Malaysia) sering menyebut hari raya idul fitri adalah hari kemenangan umat islam setelah menjalani puasa satu bulan penuh. Sayangnya pengertian kemenangan itu cuma diartikan sebagai kebebasan makan-minum di waktu siang, sehingga idul fitri tidak lebih hanya hari-hari liburan untuk kumpul-kumpul sambil melakukan pesta-pesta makan, celebration dengan pakaian baru, sepatu baru. Bukan demikian seharusnya, kemenangan idul fitri itu sesungguhnya kemenangan untuk orang yang bertaqwa yang takut akan hari yang tidak ada pertolongan kecuali pertolongan Allah.

Kemenangan bagi orang mukmin bukan kemenangan yang diartikan hiburan, nyanyian, dan useless action (kegiatan tak bermanfaat), tetapi kemenangan itu harus diartikan sebagai wujud syukur terhadap perintah-perintah Allah, sehingga apa yang telah diwajibkan Allah dan menjadi akhlak di bulan puasa seperti kebiasaan jujur terhadap Allah, tadarus Alqur’an, dan sholat malam harus dapat dijaga dan ditingkatkan pengamalannya sampai 11 bulan yang akan datang.

Jadi kemenangan idul fitri itu seharusnya diartikan sebagai awal dari bentuk nyata suatu tindakan atau amaliyah nilai-nilai didikan Allah di bulan puasa untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mendatangkan ampunan Allah. Karena bagi orang-orang mukmin ampunan Allah adalah anugerah terbesar yang diberikan kepada manusia walaupun orang-orang kafir senantiasa membencinya. Rasulullah salallahu’alaihi was salam (saw) bersabda: “Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan (hidup) pada bulan romadhon tetapi tidak terampuni dosa-dosanya” (HR Ahmad).

Tidak ada kata terlambat untuk mencapai ampunan Allah, karena Allah Maha Pengampun dan Maha Menerima Taubat. Sampai dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw: “Allah menerima taubat seseorang sebelum nafas sampai di tenggorokan “. Mumpung masih ada kesempatan hidup seorang mukmin seharusnya menjadikan idul fitri itu sebagai hari kemenangan untuk bersegera bertaubat kepada Allah, dengan meningkatkan dan memperbaiki hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horisontal dengan manusia. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran 133 -134).

Kembali kepada Allah pada suata saat kematian nanti dengan mendapat ampunan Allah sehingga tanpa dosa sebagaimana manusia lahir pertama kali di bumi itulah sesungguhnya hari kemenangan sejati. Dan kematian chusnul khotimah itu hanya milik orang-orang mukmin yang melakukan Taubatan Nasuha, yaitu taubat yang bener-bener taubat. Bukan taubat yang main-main sebagaimana para artis sinetron yang pada saat bulan puasa seperti taubat tapi sesudahnya kembali kepada kesesatan.