Sunday, August 31, 2008

Gaji-mu Ujian-mu

Oleh M. Rum Budi S.

Berapa juta gajimu atau penghasilanmu perbulan? Kamu pasti tak mau menjawabnya, barangkali itu rahasiamu. Memang gajimu itu sepenuhnya milikmu, gajimu adalah hasil kerja payahmu, tetapi pada hakekatnya gajimu itu rezeki dari Allah. Jangan lupa di dalam gaji itu ada hak orang lain, sebagai ujian Allah kepada hamba-Nya. Dengan gajimu yang lebih dari cukup itu, kamu diuji dengan perintah Allah untuk membayar zakat, melaksanakan infak dan shadaqah, supaya rezekimu barakah.

Gajimu yang kamu keluarkan zakatnya, infaknya atau shadaqahnya akan menumbuhkan akhlak pribadimu berkembang dengan sifat kemuliaan, rasa toleran, sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada kaum lemah. Disamping gajimu sudah bersih secara syari’at, secara sosial sangat berguna membantu terpenuhinya hajat hidup para fakir miskin yang di Indonesia merupakan kelompok mayoritas. Dan ketika uang zakat, infak dan shadaqah itu digunakan juga untuk jalan fi sabilillah, maka seharusnya kamu diberi penghormatan, karena telah memberikan dukungan kekuatan bagi kaum muslimin dan mengangkat eksistensi mereka.

Jangan tertarik dengan temanmu yang gajine lebih gede, kenapa harus iri-dengki sama orang kafir?-tak ada gunannya-lah, mereka itu tidak yakin akan adanya hari berbangkit, mereka hanya kenal kehidupan di dunia saja. Bagi mereka gaji gede hanya untuk dirinya sendiri, mereka lebih senang membelanjakan gajinya di tempat-tempat maksiat dan menghabiskan untuk menuruti hawa nafsu bejatnya. Sudah takdir, sudah suratan, kalau gaji gede jatuh ditangan orang yang tidak kenal bahwa semua itu ujian dari Allah, maka kecenderungan mereka mengingkari nikmat-Nya. Allah berfirman: “Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebahagian yang lain dalam hal rezeki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah?”(An Nahl: 71).

Waktu belum kerja, cita-citanya  punya gaji besar, ngomongannya: “kalau punya banyak uang-kan amalnya banyak”. Ternyata besarnya gaji itu tidak sebanding dengan banyaknya amal shaleh, justru orang kaya itu penyakitnya kikir. Buktinya waktu ada kerabat yang butuh bantuan kok diam aja. Padahal jalur infak yang paling dekat itu adalah kaum kerabat atau saudara terdekat, karena hubungan kerabat oleh syariat lebih diutamakan atau didahulukan. Kerabat yang dibantu itu memang kadang-kadang tidak tahu diri, tetapi justru itulah ujiannya. Kalau nggak bisa melewati ujian itu dengan baik, dijamin semua akan menyesal, karena hubungan darah itu merupakan tali yang tidak akan terputus oleh apapun juga, tali kerabat itu tidak hanya tersambung di dunia tetapi terhubung sampai di akherat. Toh.....bila dilihat uang bantuannya sebenarnya tak sebanding dengan gajinya. “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”. (Al Baqarah 215).

Gaji gede itu bukan ukuran kemuliaan dan gaji kecil itu bukan hinaan. Tetapi “gajimu ujianmu”. Gaji hanya sarana untuk menguji, sejauh mana kamu dapat bersyukur dan bersabar atas semua nikmat Allah yang sekarang kamu miliki. Allah berfirman :“ Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku”, Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku", Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan”. (Al Fajr : 15-20).

Wednesday, August 27, 2008

Puasa Itu "Luar Biasa"

Oleh : M. Rum Budi S.
Untuk menikmati bahwa "Puasa Itu Luar biasa", coba ingat-ingat kembali secara cermat dan tanyakan pada diri sendiri apa yang sudah anda siapkan setiap akan memasuki bulan puasa?. Benarkah kita mendapatkan maknanya dan hikmahnya dari bulan agung itu?. Bisakah kita merasakan bahwa betapa besar nikmat untuk melaksanakan ibadah saum sebulan penuh itu?. Betulkah perjalanan harian amal kita di bulan puasa itu mendapatkan ridho Allah, dan hanya untuk Allah ? Apakah kita dapat menjaga keikhlasan dalam menunaikan perintah-Nya?.

Rasulullah Saw. dalam meriwayatkan Hadis Qudsi menyatakan, bahwa Allah Swt. berfirman:"Semua amal perbuatan Bani Adam menyangkut dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan karena itu Akulah yang langsung membalasnya. Puasa itu ibarat perisai. Pada hari melaksanakan puasa, janganlah orang yang berpuasa mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan, dan tidak enak didengar, dan jangan pula ribut hingar bingar bertengkar. Jika di antara kalian memaki atau mengajak berkelahi, hendaknya mengatakan kepadanya:"Saya sedang berpuasa".

Selanjutnya Nabi Saw. bersabda: "Demi Allah yang diri Muhammad di dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dari bau minyak kesturi". Dan bagi orang yang berpuasa tersedia dua kegembiraan, gembira ketika berbuka puasa karena bukanya, dan gembira ketika kelak menemui Rabb-Nya karena menerima pahala puasanya (HR Syaikhani, Nasa'i, dan Ibnu Hibban yang bersumber dari Abu Hurairah).

Keikhlasan orang puasa memang "luar biasa" sehingga pantaslah kalau pahalanya sangat besar dan penghargaan Allah sangat tinggi. Allah dan Rasul-Nya mengajarkan kepada orang mukmin yang berpuasa itu untuk tidak riya' atau pamer. Orang yang lapar dan bau mulutnya sepertinya tidak pantas dipamerkan. Riya’ itu terjadi karena
ada yang dibanggakan terhadap sesama manusia, sedangkan puasa itu ibadah yang secara lahiriah tidak bisa dibanggakan terhadap manusia. Ibadah puasa itu tidak bisa dinilai dari gerakan-gerakannya, sehingga puasa betul-betul dipahami sebagai ibadah yang tidak diketahui oleh orang lain. Allah sendirilah yang mengetahui ukuran pahala puasa dan penggandaan upahnya. Adapun ibadat-ibadat lainnya dapat dibanggakan dan diketahui oleh sebagian orang lain. Dalam hadist Qudsi di atas Allah berfirman:"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku memberi balasan atasnya" hal itu menunjukkan bahwa puasa itu adalah ibadat yang paling disukai oleh-Nya, dan mengajarkan kepada orang mukmin beribadah secara ikhlas yang menjadi landasan semua kemuliaan.

Rasullullah Saw pernah memberi pelajaran kepada umatnya :” Puasa yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata-mata akan bernilai sepuluh kebajikan. Orang yang puasa di bulan Ramadhan dan diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawwal (ctt:setelah bulan Ramadhan) dinilai sama dengan puasa sepanjang tahun, yaitu tiga puluh hari kali sepuluh sama dengan tiga ratus, ditambah dengan enam kali sepuluh, sama dengan enam puluh. Bearti jumlah semuanya adalah 360 hari menurut kalender syamsiah (matahari).

"Satu kebajikan (dibalas) menjadi sepuluh kali lipat sedangkan kejahatan dibalas seimbang dengan dosanya atau Kuampuni sama sekali meskipun dia menghadap Aku dengan kesalahan-kesalahan hampir sebesar Bumi. Barangsiapa merencanakan hendak melaksanakan suatu kebaikan, tetapi belum dikerjakan, akan dicatat (oleh Malaikat) baginya suatu kebajikan.Dan barangsiapa merencanakan hendak melakukan satu kejahatan tapi belum dikerjakannya, tidaklah dicatatkan baginya sedikit pun (yang dianggap sebagai doa). Dan barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Dan barangsiapa yang mendekatkan dirinya kepada-Ku sehasta, akau akan mendekat kepadanya sedepa (HR Thabrani yang bersumber dari Abu Dzar).

Perangkat utama dari keikhlasan adalah niat sehingga nabi mengingatkan benar tentang niat puasa ini? "Barangsiapa yang tidak menetapkan akan berpuasa sebelum fajar, maka tiada sah puasanya".(HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah). Daruqutni meriwayatkannya dengan redaksi yang berbeda: "Tidak sah puasanya bagi orang yang tidak menetapkannya dari malam harinya".

"Umatku dikarunia lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun yang sebelum mereka. Pertama, apabila malam pertama dari bulan Ramadhan tiba, maka Allah memandang mereka dengan belas kasih, dan barangsiapa yang dipandang Allah dengan belas kasih, maka Dia tidak akan mengazabnya sesudah itu buat selama-lamanya. Kedua, Allah Ta'ala menyuruh para Malaikat memohonkan ampun untuk mereka. Ketiga, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kesturi. Keempat, Allah Ta'ala berkata kepada surga,'Berbahagialah hamba-hamba-Ku yang beriman, mereka adalah kekasih-kekasih-Ku. Dan kelima, Allah Ta'ala mengampuni mereka semua".(Al-Hadist).




Friday, August 22, 2008

Puas



Oleh: M. Rum Budi S.

Pernahkah anda merasa puas ? yaa….. pernah lah, karena puas itu bagian dari kebahagiaan hidup seseorang. Kapan terjadinya kepuasan itu? barangkali ketika kita mencapai apa yang kita inginkan. Dan tingkat kepuasan seseorang itu tergantung dari tingkat keinginannya. Keinginan yang sederhana akan menghasilkan kepuasan yang sederhana pula. Keinginan yang tinggi akan sangat memuaskan bila kita mampu menggapainya. Keinginan yang berbeda pasti akan menghasilkan kepuasan yang tidak sama. Kalau seorang atasan mempunyai perbedaan keinginan dengan bawahannya tentu akan menghasilkan kepuasan yang tidak sama, tetapi tingkat kepuasan seorang atasan akan sangat berpengaruh terhadap kepuasan bawahannya. Demikian pula orang kaya kepuasannya akan sangat lain dengan kepuasan orang miskin, namun kepuasan orang kaya sangat berpengaruh terhadap kepuasan orang miskin. Memang kecenderungannya demikian, kepuasan kaum lemah itu mengikuti kepuasan golongan yang kuat.Begitulah nasib merumuskannya. Jadi kesimpulan dari semua itu adalah bahwa kepuasan seseorang bersifat sangat individual dan akan menjadi kepuasan koletif bila diikuti oleh kumpulan individu yang sama puas dalam satu keinginan.


Kalau anda bertanya dimana letak persoalan kepuasan itu? secara individu terletak kepada; seberapa besar keinginan-keinginan itu dibangun, sejauhmana kemampuan itu dikerahkan untuk meraih keinginannya, dan bagaimana seseorang itu bisa menikmati apa yang telah diraihnya. Bila anda meletakkan bangunan-bangunan keinginan itu tergantung jauh di atas langit sana sementara kemampuan anda baru ada dibumi, maka anda dijamin tidak akan bisa merasakan kepuasaan, karena kepuasan itu pada dasarnya realita hidup itu sendiri dan bukan menggantung di angan-angan. Seseorang yang tidak bisa mewujudkan keinginan sesuai dengan apa yang dicita-citakan, hanya akan menambah kekecewaan saja. Oleh karena itu sederhanakanlah keinginan anda, sesuaikan dengan kemampuan anda, dan bersyukurlah dengan apa yang selama ini anda telah meraihnya.

Tahukah anda kepuasan hidup di dunia ini? kepuasannya akan cepat sirna, karena kehidupan dunia itu sangat pendek umurnya. Dunia itu punya sifat fana, perhiasanya dan kenikmatanya tidak pernah kekal atau abadi. Kepuasannya sangat sementara, mudah berlalu, dan silih berganti. Nabi Muhammad shallahu ’alaihi wassalam (saw) pernah memberi tahukan kepada umatnya bahwa dunia itu tidak sebanding dengan seekor nyamuk disisi Allah. Untuk itu ambillah kepuasanya sebagaimana kepuasan seorang dalam berpergian. Nabi saw bersabda “Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang pengembara atau ibnu sabil “ (HR.Bukhari). Seandainya beliau menghendaki semua gunung itu menjadi emas dan perak untuknya, pastilah akan terlaksana. Tetapi ternyata, beliau lebih senang memilih kepuasan hidup dengan melalui malam-malamnya sering dalam keadaan perutnya lapar, tidurnya hanya beralaskan tikar sehingga anyaman tikar itu membekas dalam lambungnya yang mulia, dan pernah menyelipkan batu pada perutnya karena menahan rasa lapar. Beliau juga pernah menggadaikan baju besinya dengan 30 sha’ gandum untuk makan keluarganya. Rumahnya juga hanya beralaskan tanah liat, luas bangunannya tidak besar (± 18 m2) dan atapnya pendek. Nabi saw mengajarkan bahwa kepuasan hidup itu nanti di hari penghabisan atu hari kiamat. Allah berfirman “Kelak pasti Rabbmu memberikan karunia-Nya kepadamu lalu (hati) kamu menjadi puas” (QS Adh Dhuha : 5).

Perlukah kita mengejar kepuasan hidup di dunia ini? semua orang pasti menjawabnya perlu dong. Memang dunia dengan segala perhiasan dan daya pikatnya, telah menarik manusia untuk memenuhi kepuasannya. Tetapi kepuasan dunia itu tidak pernah ada ujungnya, sehingga bila kita mengejarnya malah kekecewaan yang kita dapatkan. Karena gambaran tentang kepuasan dunia ini, seperti orang yang telah punya emas satu lembah, tetap saja kepingin punya dua lembah, dan bila sudah punya dua lembah pingin tiga lembah, dan begitu seterusnya, sebelum manusia masuk liang lahat. Kepuasan dunia ini memang telah melalaikan orang sampai masuk kubur. Jadi supaya kita tidak lalai dalam memenuhi kepuasan dunia itu, ambillah seperlunya sekedar mempertahankan hidup ini sehingga terus eksis dalam beriman dan beramal sholeh untuk beribadah kepada Allah.

Belajar dari Nabi Muhammad saw dalam mencapai kepuasan hidup dunia, maka puncak kepuasan seseorang hidup di dunia ini terletak pada : 1) Semua keinginan-keinginannya diletakkan pada jalur yang diridhai oleh Allah. 2) Menggerakkan segala kemampuan baik dari sisi materi yang dipunyai maupun kemauan dirinya dalam mencapai kemuliaan disisi Allah. 3) mensyukuri atas semua karunia-Nya dan menerima semua takdir-Nya. Allah berfirman ”Balasan mereka disisi Rabbnya adalah surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai dibawahnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka puas kepada-Nya, yang demikian itu adalah bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya “. (QS Al Bayyinah 8).

Wednesday, August 20, 2008

080808 vs 20082008

Oleh Kang Yudha

20082008 kependekan dari tanggal 20 Agustus 2008. Tanggal cantik bukan?:) atau sebagian orang akan bilang "kurang gawean menggagas sebuah tanggal" :) Sebuah tanggal yang menarik. Menarik karena unik dan dicari atau ditunggu oleh banyak orang. Kata orang ibarat nomer HP ini merupakan nomor cantik. Banyak yang memanfaatkan tanggal ini sebagai tanggal untuk menikah. Terbukti mertua saya juga sibuk karena ada order borongan pengantin hari jumat ini. Yang biasanya resepsi atau walimahan lebih memilih hari minggu atau sabtu karena banyak yang libur, sehingga yang diundang tidak disulitkan untuk datang. 080808 adalah tanggal 08 bulan Agustus 2008. Bahkan pesta olahraga sedunia olimpiade di Cina juga memilih tangal ini sebagai pembukaan. Dan PKS juga mengenalkan angka 8 sebagai angka partai hari ini juga. Nah yang tidak disengaja adalah lahirnya anak pada tanggal ini. Pasti akan lebih senang karena tanggal lahirnya cantik. Nah kalo mati pada tanggal dan hari ini, wah dijami nggak ada yang happy walaupun akan mudah terkenang oleh sanak saudara dan family:)
Nah, bagaimana seharusnya kita sebagai seorang muslim menghadapi waktu atau tanggal yang unik seperti ini. Ya kalo menurut penulis sih biasa saja:). Jika berkeyakinan bahwa dengan mengadakan pada waktu itu akan mendapatkan keberuntungan tertentu atau kelebihan khusus atau terhindar dari kesialan daripada tanggal lain, ya itu syirik namanya. Tetapi kalau hanya sekedar ingin mendapatkan moment yang mudah diingat dan tidak memberikan mudhorot apapaun maka sah-sah saja. Allah menciptakan waktu adalah sebagai modal bagi manusia. Maka nikmat yang paling utama kepada manusia adalah iman dan waktu. Semua waktu adalah sama, kalaupun sekarang ada metoda penanggalan secara hijriyah atau masehi. itu hanyalah cara manusia untuk memanage waktu terhadap pekerjaan dan ibadahnya. Didalam Al Qur'an, Allah memberikan perhatian khusus tentang waktu. terbukti dalam beberapa ayat Allah bersumpah dengan memakai waktu. .Wal 'ashri (Demi waktu)", .Wadh dhuha (Demi waktu dhuha),", "Wallail (Demi waktu malam).", "Wannahar (Demi waktu siang). Ada dua sikap yang harus diambil seoang Muslim berkenaan dengan waktu : 1. Waktu adalah sama, tapi isi harus berbeda. 1 hari di Pasir Jati sama dengan 1 hari di ndeso saya, Kartosuro. 1 hari di Cimahi sama dengan 1 hari juga di Bandung. Sama-sama 24 jam bukan? Ada yang dalam waktu 24 jam itu mampu mengurus negara, jutaan orang, atau aneka usaha raksasa dengan beratus ribu orang. Ada yang bisa menghasilkan berbagai tulisan. Ada yang mampu membahagiakan banyak orang. Tapi ada yang dalam 24 jam mengurus diri saja tidak mampu! Naudzhubillah. Karakteristik waktu memang sebuah keunikan, bahkan ia suatu misteri kehidupan yang terekam dalam tik-tak jam, tercatat dalam blog, terhitung dalam kalender tahunan, terukir dalam prasasti-prasasti kehidupan. Walau, sebenarnya ukuran-ukuran itu akan kurang berarti, sebab ukuran waktu yang nyata adalah kehidupan kita sendiri. Nah, begitupun kita semua semakin banyak dan baik hal positip yang kita lakukan dalam waktu yang sama, insyaalloh kita akanlebih dekat dengan "sukses". Sama dengan apa yang sobat lakukan saat ini, pada saat yang sama ada yang sedang tidur, sedang maksiyat, sedang bicara sia-sia, sedang di WC, sedang bermain atau apa saja sehingga sobat selesai membaca tulisan ini. Maka, setelah waktu itu lewat hasilnya pun berbeda-beda tergantung dari apa yang tadi dilakukan, termasuk keberuntungan sobat karena telah mau membaca sebuah ilmu ini. 24jam-nya Bill Gate, 24-jamnya Dr. Yusuf Qardhawy atau 24-jamnya Ahmad dinejad adalah sama dengan 24jamnya saya dan sobat. So, apa yang telah kita lakukan selama itu?? berkaryakah?tidurkah? atau sia-sia sajakah? 2. Sekarang harus lebih baik daripada yang tadi. Modal "waktu" yang diberikan Allah SWT sangat terbatas dan kita tidak tahu kapan berakhirnya. Bisa jadi cepat, bisa pula sangat cepat sekali kita mati. Maka lekas tinggalkan sesuatu yang sia-sia. Bersantai-santai yang menghabiskan waktu, berbicara berjam-jam tanpa makna, berjalan kesana-kemari tanpa tujuan, melihat tayangan-tayangan tanpa mengenal maknanya termasuk tidur yang berlebihan hanyalah akan membawa kerugian. Padahal di sisi tempat lain, manusia berlomba untuk berkarya, beribadah dan berbuat kebaikan. Orang yang bodoh adalah orang yang diberi modal (waktu), kemudian dengan modal itu ia sia-siakan. Agama Islam ini punya standar yang tinggi dalam hal waktu bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin. Bahkan yang hanya "sama" dengan kemarin belum bisa disebut "beruntung" alias tetap rugi. Kalo yang lebih buruk?ya celaka!. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk selalu memperbaiki penggunaan waktu kita, sabdanya, "Carilah yang lima sebelum datang yang lima, yaitu manfaatkanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu (dengan ibadah), gunakanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu (dengan amal saleh), gunakanlah masa kayamu sebelum datang masa miskinmu (dengan sedekah), gunakanlah masa hidupmu sebelum datang masa matimu (mencari bekal untuk hidup setelah mati). gunakanlah masa senggangmu sebelum datang masa sempitmu.' (AI Hadits). Maka, mulai sekarang waspadalah terhadap waktu. Setiap detik yang akan kita lalui harus diperhitungkan dengan secermat-cermatnya, sematang-matangnya, dan seakurat-akuratnya, lalu mengisinya dengan hal-hal yang membuahkan peningkatan kemampuan kita. Kita tidak hanya perlu bekerja keras, tapi kita perlu juga bekerja keras dan cerdas. Lebih jauh kita lagi kita perlu kerja keras, cerdas dan efektif, sehingga waktu yang kita gunakan akan lebih optimal, bermakna bagi dunia dan berarti bagi akherat. Jangan sampai ketika di akherat, kita termasuk manusia yang merengek kepada Allah swt untuk minta waktu lagi kedunia. Waktumu = modalmu Waktumu = kehidupanmu. Waktumu = pedangmu Waktumu = masa depanmu

Sunday, August 17, 2008

Mengekor

Oleh : M. Rum Budi S.


Ekor itu mengikuti kepalanya. Kemana kepala bergerak sang ekor akan mengikutinya. Mengekor adalah istilah untuk perilaku orang yang suka ikut-ikutan. Apa yang diikuti? ya semua apa saja perilaku atau gaya hidup sang pemimpinya. Siapa sang pemimpinnya itu? ya siapa saja yang dituruti perintahnya. Para remaja-remaja begitu gampang mengikuti perilaku maupun gaya hidup selebritis idolanya, entah dari model rambutnya, model bajunya, cara bicaranya, cara makannya, dan cara apa saja yang dilakukan oleh selebritis idolanya itu, maka akan dilakukannya. Apa yang diperintah oleh sang idola akan senantiasa diikutinya. Bahkan para santri-santri di pondok-pondok pesantren, tidak jarang yang hanya mengikuti sang kyai. Kadang para santri itu tidak peduli dan tidak mempunyai kontrol terhadap apa yang dilakukan oleh sang kyainya. Apapun yang dilakukan oleh kyainya dianggap benar. Padahal kyai itu jaga manusia punya banyak sekali kesalahan. Mengekor dalam istilah bahasa jawa disebut sebagai ”perilaku mbebeki”.

Mengekor sebenarnya fitrah manusia, sehingga secara prinsip mengekor itu tidak haram. Karena asal muasalnya segala perbuatan itu adalah mengikuti perbuatan sebelumnya. Dengan demikian adat masyarakat sekarang tidak terlepas dari mengikuti kebiasaan perilaku hidup nenek moyangnya. Tetapi yang jadi masalah adalah perilaku apa dan siapa pemimpin yang benar diikuti itu?. Tentunya perilaku seorang pemimpin yang dapat dijadikan suri teladan. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(QS Al Ahzab : 21). Bila anda seorang yang bersyahadat karena menyaksikan kebenaran Allah dan Rasul-Nya, maka bergaya hiduplah mengekor jejak Rasulullah yang telah membawa kitab kepada kalian dari Rabb pemelihara dan pemilik segala sesuatu. Dan janganlah kamu mengikuti peminpin-peminpin selain para Sahabat Rasulullah dan para Ulama Salaf, sehingga kamu menyimpang dari apa yang diajarkan Rasul kepada kalian. Allah mengajarkan kepada manusia dalam mengekor ini: “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya)”. (QS. Al-’Araf :3).

Jadi mengekor perilaku para pendahulu itu atau adat kebiasaan nenek moyang kita diperbolehkan selama mereka berjalan di jalan yang lurus, jalan yang menegakkan sunnah Rasul-Nya, dan tidak bertentangan dengan penegakkan hukum-Nya. Tetapi apabila orang-orang yang dijadikan panutan dan ikutan itu tidak mengetahui pemahaman yang benar dan petunjuk, hanya mengikuti hawa nafsunya maka agama melarangnya. Allah melarang mengekor siapapun yang mengikuti jalan dan langkah-langkah syetan yang menyimpang petunjuk-Nya. “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?" (QS Al Baqarah : 170).

Apakah mereka para remaja umat islam ini akan terjebak mengekor penyelenggaraan Pemilihan Ratu Kecantikan Dunia, Pemilihan Ratu Joged Dunia, Pemilihan Penyanyi Idola Dunia, dan perilaku penyelenggaraan apa saja yang tidak mendapat petunjuk dari Allah?. Sesungguhnya syetan itu hanya menyuruh umat manusia ini untuk terus menerus mengekor perbutaan jahat dan keji, yaitu perbuatan orang-orang kafir dan pelaku bid’ah.

Mengekor perbuatan orang lain, diperlukan cross cek dari Al-Quran dan hadist shahih. Kadang-kadang perbuatan orang lain itu nampak baik, tetapi sebenarnya jauh dari sunnah dan tuntunan Rasul-Nya. Syetan itu pandai menyesatkan manusia dan kepadaian syetanlah yang menjadikan orang memandang baik perbuatan buruk. Allah menjelaskan dalam firman-Nya: “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka adzab yang sangat pedih”. (An-Nahl : 63).

Wednesday, August 13, 2008

Allah Itu Siapa?

Oleh : M. Rum Budi S.

Seorang Ibu menjelaskan kepada anaknya bahwa yang menciptakan air, yang menumbuhkan pepohonan, yang menciptakan burung, yang membuat cicak di dinding, yang memberi rasa pisang itu enak, menjadikan jeruk itu manis, atau menjadikan mangga itu kecut, semuanya diciptakan oleh Allah. Kemudian anak itu bertanya kepada ibunya: Allah itu siapa bu?. Pertanyaan anak yang masih polos tersebut, mungkin juga pernah kita alami. Jawaban yang paling sederhana, singkat, dan mudah dipahami oleh pemikiran anak, jawabannya memang; Allah itu Sang Pencipta.

Namun atas jawaban ibunya tersebut nampaknya anak itu tidak puas, selanjutnya masih bertanya lagi: Allah itu punya teman ndak bu?, pernah sekolah nggak?. Akhirnya ibunya bingung menjawab, terus ibunya ngajak ke mini market dan anaknya belum mendapat jawaban yang puas mengenai Allah itu siapa?.

Cara yang paling tepat untuk mengenal Allah yaitu dengan menggunakan wahyu dari Allah yaitu Al-Quran, karena Allah berfirman sendiri. Sedangkan mengenal Allah tidak bersandar dengan Al-Quran, umumnya tidak bisa diterima nalar sehat, terkadang kebenarannya juga tidak obyektif. Allah-lah yang mengetahui tentang diri-Nya sendiri. Orang-orang beriman yakin betul dan menyadari hanya Firman Allah (Al-Quran) yang dapat menjawab pertanyaan besar tentang Allah itu siapa?.

Kepada siapapun entah itu anak kecil, ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan filosof atau teolog jika bertanya tentang Allah itu siapa? Maka jawablah dengan jawaban yang sederhana, seperti yang diajarkan oleh Allah kepada Nabi-Nya ”Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak seorangpun yang setara dengan-Nya”. (QS Al-Ikhlas: 1-4). Dengan jawaban itu anak-anak menjadi sholeh dan sholikah, bapak-bapak dan ibu-ibu menjadi tumbuh subur keimanannya, bahkan seorang filosof atau teolog akan menjadi muslim.

Jika masih bertanya lagi untuk kedua kalinya siapakah Allah itu?, maka dengan bersabar diberi jawaban yang sesuai dengan pertanyaannya. “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.(QS Al-Baqarah: 255).

Jika belum puas dan masih bertanya lagi, maka benar diberi jawaban
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Hasyr: 22-24).

Untuk menjawab Allah siapa? dan penjelasan hikmah dibalik penciptaan-Nya, dapat diterangkan juga dengan Firman Allah:
” Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?. Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.(Al-An’am: 95-99).

Sebagai umat muslim yang baik mari kita hafalkan dengan baik ayat-ayat asmaulhusna.
"Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai al asmaulhusna (nama-nama yang baik)". (QS Thaha: 8). Mudah-mudahan kita tercatat sebagai orang yang senantiasa mensucikan Allah, mengagungkan-Nya dan memuj-iNya. Saya ingatkan kembali ma’rifatullah dengan nalar dan tidak menggunakan Firman Allah yang termaktub dalam wahyu Allah Al-Quran adalah cara yang sesat.

Tuesday, August 12, 2008

Menyiasati Stamina Iman

Penulis : Yudha Yudhanto

Rasulullah bersabda “Al imanu yazid wa yankus”. Iman itu naik dan turun. Layaknya keimanan manusia yang naik dan turun, pada semangat pun dapat terjadi hal tersebut.

Rasulullah bersabda “Al imanu yazid wa yankus”. Iman itu naik dan turun. Layaknya keimanan manusia yang naik dan turun, pada semangat pun dapat terjadi hal tersebut. Memang, semangat dan keimanan memiliki suatu hubungan yang dekat. Seseorang yang sedang turun keimanannya pasti akan turun pula semangatnya untuk beribadah, belajar, ataupun segala macam perbuatan yang baik dan bermanfaat. Begitu pula sebaliknya.

Merupakan hal yang sangat maklum ketika kita duduk di suatu majelis ilmu mendengarkan ceramah atau kajian dari sang ustadz kemudian hati kita menjadi “sangat” bersemangat. Setelah bangkit dari majelis kita akan ‘berencana’ menjalankan kebaikan disetiap detik kehidupan dan menjauhi atau menghancurkan segala bentuk kemaksiatan dan keburukan sebelum ajal menghadang. Tapi setelah beberapa menit setelah bangkit …(Selanjutnya terserah anda) yang pasti, hampir semua dari kita sering mendapati penurunan motivasi bahkan amal (ilmu yes, amal not yet)

Tapi jangan salah lho walaupun baru rencana, itu merupakan indikasi bahwa hati kita masih dalam kondisi ‘iman’, sebab salah satu ciri manusia beriman adalah jika disiram ilmu maka akan bertambah faham dan semakin yakin.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal, (QS.08 : 2)

Seorang pelari marathon mempunyai satu tujuan. Sampai di pita finish dan memenangi pertandingan. Pelari yang professional mempunyai teori dalam memanage staminanya, sangat mungkin pada kilometer pertama bukanlah yang terdepan tetapi menginjak step-step terakhir akan mengeluarkan semua kemampuan untuk berlari menjadi nomor satu dan mempertahankannya dari peserta lain.

Begitu juga bagi seorang mahasiswa. Dia sangat yakin bahwa belajar dengan SKS (Sistem Kebut Semalam) adalah sia-sia. Belajar dengan rutin, mendengarkan kuliah dengan serius dan berani bertanya sampai benar-benar faham merupakan modal yang sudah cukup dalam menghadapi soal-soal ujian (kecuali jika pengin lebih).

Trus apakah ilustrasi tersebut sama dengan pemeliharaan ‘Iman’ yang ada dalam diri kita? Yup! Betul hampir sama. Satu hal yang membedakan adalah adanya misteri datangnya kematian. Berbeda dengan pelari dan mahasiswa tadi, karena garis finish dan ujian merupakan hal yang pasti dan terukur.

Untuk memelihara atau menjaga stamina iman menuju kehidupan sesudah mati (syurga) perlu bsntusn sebuah rumus fisika.

Dimana :
W = adalah beban hidup
P = daya dorong
Fs = gaya gesek



Bola merupakan lambang kehidupan yang berjalan terus/menggelinding tapa henti sampai titik kematian (misteri) . Tidak dapat mundur tapi sangat mungkin untuk berbelok menjauhi jalan yang lurus.


Dalam menjaga stamina iman, ada beberapa kaidah yang harus difahami :

1. Semua manusia mempunyai potensi untuk “salah”. Maka Allah memberi penghargaan kepadanya dengan aturan “sebaik-baik orang yang berlaku salah adalah bertobat dan memperbaiki diri”. Dan sejelek-jelek manusia yang bersalah adalah … (tahu sendiri khan!). Silahkan baca QS. 25:70.

2. Semua manusia berpotensi untuk bosan dan jenuh (futur). Maka kenali ciri-ciri kondisi futur, macam penyebabnya dan cara-cara untuk memperbaikinya.

3. Hati manusia berkarakter ‘berubah-ubah’. So, bagaimana kita bisa mengkondisikan agar selalu lebih banyak berpihak dalam kebaikan. Salah satunya hadir di taman-taman ilmu dan memilih lingkungan yang sholeh. Jangan lupa! Selalu berdoa diberi ketetapan hati (minimal sesudah dzikir shalat)


Yup, sekarang mari kita bahas rumus diatas :)
Dari gambar terlihat jelas bahwa ’bola’ kehidupan kita akan didorong oleh Daya dorong (P). Logikanya semakin kuat daya dorong maka akan semakin kuat dalam keimanan (tidak berbelok ke arah yang salah) dalam mengarungi hidup sampai mati.

Kekuatan daya dorong keimanan yang ada dalam diri kita sangat tergantung dari ilmu dan amalan ibadah yang dimiliki dan yang sudah diamalkan. Perbanyaklah ilmu dan perbanyaklah ibadah (tidak hanya yang wajib saja) maka kekuatan dalam menjalani hidup sesuai perintah Allah & Rosul-Nya semakin kuat. Bukankah Iman akan naik dengan perbuatan ’baik’ dan turun karena berbuat ’maksiyat’?

W adalah Beban Hidup. Sering kali terjadi, seseorang yang terkenal alim (baca:sholeh) tapi dalam suatu waktu terbukti melakukan korupsi atau kecurangan. Hmm, mungkin inilah salah satu contoh bagaimana beban hidup (tuntutan kebutuhan duniawi) membuat laju keimanan menjadi berbelok.

Semua manusia mempunyai beban hidup dan tingkatnyapun berbeda-beda. Hanya Allah SWT yang tahu beban yang akan diberikan makhluk ciptaan-Nya, kita hanya bisa mengira-ngira dengan berpikir positif. Bukankah Allah SWT tidak akan memberikan ujian sesuai kemampuan hamba-Nya?

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ... (QS.02:286)

Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah : kadang-kadang kita menjadi terbebani suatu hal karena keinginan kita yang tidak terukur. Tahun ini harus punya mobil? Harus punya rumah? Harus punya begini atau seperti harus begono..padahal kita tidak cukup mampu dan belum merupakan hal primer atau bukan pendukung ibadah. So ketika ada tawaran untuk bermaksiyat atau tidak jujur, kita menjadi tergoda (terperosok) karena tidak sabar alias pengin jalan pintas saja.

Singkatnya, beban hidup akan selalu ada. Kita harus yakin bisa mengatasinya, agar jalan hidup kebaikan tetap lurus.

Fs adalah gaya gesek. Gesekan akan selalu terjadi dalam hidup baik dari internal (hawa nafsu keburukan) atau eksternal (lingkungan). Pertentangan antara mengamalkan kebaikan dan menuruti keinginan nafsu pribadi atau pengaruh lingkungan akan selalu ada. Kondisi yang mengkhawatirkan adalah ketika kondisi internal (hawa nafsu kejelekan) cocok dengan eksternal (lingkungan yang jahat).

Tips yang utama adalah giat melakukan ibadah, menjaga diri dari pandangan/kegiatan maksiyat, tetap mencari ilmu, mengkondisikan lingkungan/ keluarga untuk mendukung ibadah kita semua dan tetap berdoa kepada Allah SWT. Bagi yang tidak beruntung karena berada di lingkungan yang tidak jujur atau penuh maksiyat silahkan bersiap diri untuk berani peduli menegur, jangan asal ’pokoknyasaya tidak’. Bersiaplah berhijrah jika memang diperlukan sebelum Allah memberikan azab yang menimpa kepada semua.

Semoga kita bisa ikhlas dalam mencapai khusnul khatimah :) Amin.



Sumber, Catatan Kajian 23-12-2007 (CisarantenKulon 151, Bandung)



Thursday, August 7, 2008

Pencuri Berdasi

Oleh: M. Rum Budi S.
Bukan rahasia lagi bahwa para pelaku kejahatan kelas bawah atau kasus-kasus kejahatan tingkat rendahan seperti pencuri ayam, pencuri sepeda, atau pencuri kabel listrik PLN, secara hukum kasus-kasusnya ditindak tegas tanpa pandang bulu, tanpa pilih kasih dan tebang pilih. Berbeda dengan kasus-kasus kejahatan kelas tinggi yang sering disamarkan, seperti korupsi yang dilakukan para koruptor di DPR , di Bank Indonesia, di Departemen Pemerintahan dsb, yang menurut banyak pengamat dilakukan orang-orang yang berhubungan erat dengan lingkaran kekuasaan/kewenangan .


Para koruptor itulah yang saya sebut dengan istilah “ Pencuri Berdasi”. Sebagai masyarakat saya sering bertanya , mengapa para penegak hukum masih tertatih-tatih dalam mengadili kasus-kasus kejahatan para Pencuri Berdasi itu. Keraguan dan tidak tuntasnya dalam memperkarakan kasus-kasus kelas tinggi oleh “Pencuri Berdasi” itu memberikan kesan kepada masyarakat, bahwa para penegak hukum itu tidak adil. Bagaimana bisa adil kalau ternyata sebagian para hakim, jaksa, dan aparat kepolisian juga terlibat sebagai Pencuri Berdasi.

Sangat mengherankan memang, para koruptor itu bukan dianggap pencuri tapi disebut sebagai orang yang menyalahgunakan wewenang. Persepsi masyarakat tentang pejabat, yang dilambangkan dengan pakaian orang berdasi itu sering masih disangka sebagai orang yang jauh dari sifat jahat. Barangkali juga para Pencuri Berdasi itu tampak di masyarakat kita sebagai orang yang suka memberi, menolong, menyumbang dalam kegiatan sosial kemasyarakatannya. Dan dari dulu hingga kini masyarakat masih melihat bahwa kemiskinan dan segala bentuk kemelaratan hidup itu sebagai biang keladi tindak kriminalitas. Penilaian masyarakat terhadap orang miskin itu memang tidak adil sama sekali. Semua kelakuannya dicurigai. Keberadaannya selalu disangka buruk. Pekerjaannya dinilai rendah. Senyumnya dianggap meremehkan orang. Omongannya ditanggapi sombong. Kasihan banget memang orang miskin itu, hampir semua orang tidak pernah memihak hidupnya, termasuk orang miskin sendiri.

Siapakah koruptor atau Pencuri Berdasi itu? dan siapakah orang yang merasa hina bila hidup dalam kemiskinan itu? Barangkali jawabnya ada pada diri kita sendiri dan tidak usahlah kita tuduh siapapun, mungkin kita semua yang bersalah. Koreksilah diri kita masing-masing pada hari ini, esok pagi, dan entah lusa nanti. Hisablah setiap amal sampai mati menjelang nanti. Jadilah pejabat yang amanah, penegak hukum yang adil, dan warga masyarakat yang tulus menerima kebenaran. Mudah-mudahan moral bangsa ini selamat dari kehancuran generasinya.

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw bersabda: “Barang siapa mencari peradilan bagi kaum muslimin hingga ia mendapatkannya, kemudian keadilannya mengalahkan kecurangannya, maka baginya surga, dan barang siapa yang kecurangannya mengalahkan keadilannya, maka baginya neraka”. (HR. Abu Dawud).

Berkata Abu Dzar: “Aku berkata, wahai Rasulullah, tidak engkau mengangkat aku sebagai gubernur? Kata Abudzar: “ Rasulullah menepuk tanganku dengan tangan beliau, kemudian kata beliau: “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya itu adalah amanah dan sesungguhnya pada hari kiamat jabatan itu adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya menurut haknya dan menunaikan yang wajib baginya di dalamnya. “ (HR. Muslim).

Amanah itu beban berat yang menuntut pengurusan hak-hak manusia dengan cara yang dapat memenuhi tuntutan mereka. Uang rakyat adalah hak rakyat untuk digunakan sebagai amanah yang dibebankan kepada pejabat dalam menegakkan kesejahteraan dan keadilan. Uang rakyat bukan untuk dikorupsi, dengan alasan apapun. Pejabat yang lupa dengan amanahnya itu adalah kehinaan dan penyesalan di akherat nanti, dihari tidak ada pertolongan kecuali pertolongan Allah. Sesungguhnya kalau mau merenungkan dengan hati bersih, jadi pejabat itu cobaan yang paling berat karena tanggung jawabnya abadi, dan atasannya saat menjabat besok di hari kiamat akan berlepas diri. Padahal saat didunia pejabat itu sering mengikuti atasannya tanpa pertimbangan benar atau salah menurut Allah.

Allah telah memberikan contoh terbaik hambaNya untuk menjadi hakim, sebagaimana firmannya: “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”. (QS Shaad: 26).

Wednesday, August 6, 2008

Pengenalan Aqidah (1)

Aqidah secara bahasa bermakna : Kepercayaan Hati. Dari asal kata : ‘akoda – ya’kidu – ko’dan – ‘akiidatan. Yang artinya : telah mengikatkan/ menyimpulkan

Dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah “Akad” yang bermakna perjanjian. Selain itu ada istilah “I’tikad” yang berarti niat untuk sebuah peruntukkan.

Nah, arti secara syar’i adalah : Beriman kepada Allah SWT, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rosul-Rosul-Nya, Hari Kiamat dan kepada Qodo dan Qodar.

Sebelum Islam datang. Jangan salah sobat ! Dunia Arab khususnya kaum Quraish masih percaya adanya Tuhan lho, tetapi cara nereka adalah dengan menyembah patung-patung (Lata, Uzza, Manna dsb) yang telah mereka buat dengan keyakinan akan mendekatkan diri kepada Tuhan mereka.

39:3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Hampir persis seperti yang sering kita lihat atau dulu kita lakukan : menaruh sesajen untuk keselamatan, berkunjung ke makan ulama untuk meminta sesuatu, mempercayai suatu benda untuk menjadi lebih kuat, meramal atau bertanya nasib kepada mbah dukun dsb. Bisa jadi mereka juga percaya Allah SWT atau disebut Gusti Allah, itu semua hanya sekedar sarana agar lebih dekat dan cepat. Padahal Allah SWT sudah menandaskan bahwa Beliau adalah Maha dari segala Maha, tidak perlu perantara dan persyaratan karena semua yang diinginkan manusia bisa langsung dimohonkan kepada Allah SWT. Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.

Naudhubillah min dzalik, jika saat ini ada yang lebih sangat parah dari kaum Qurais. Karena dalam hidup tidak mempercayai sama sekali adanya Allah SWT. Entah atheis, komunis atau apapun namanya. Bumi dan alam berputar sesuai siklus yang telah berjalan dengan sendirinya. Mereka mencari harta di dunia dengan satu tujuan “usahaku adalah untukku” tidak peduli apakah halal atau harom. Mengumbar nafsu dimanapun berada karena memang tidak merasa diawasi oleh siapapun.

Sangat Pentingnya Aqidah

  1. Jika manusia tergolong Musyrik maka semua amal baik yang pernah dilakukan akan terhapus alias tidak diberi nilai oleh Allah SWT.

39:65. Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Orang-orang musyrik dan juga orang-orang yang menduakan/mentigakan Allah SWT atau menyerupakan Allah SWT dengan benda lain tidak akan pernah diterima amalnya oleh Allah SWT.

Kita harus tahu bahwa Kaum Qurais juga mempunyai banyak kelebihan seperti : sifat kesukuan yang diaplikasikan dalam tolong-menolong dan saling menjaga dan melindungi, mereka suka bekerja keras dan lihai dalam berdagang, kemudian juga membantu para kabilah-kabilah yang sedang berhaji di ka’bah. Dsb

Tetapi semua amal mereka tidak akan berarti di mata Allah SWT. Berikutnya cuplikan ayatnya :

18:103. Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"

18:104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

18:105. Mereka itu orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.

  1. Amalan yang tidak murni untuk Allah SWT tidak akan diterima.

Kita tentu masih ingat dalam kitab-kitab yang membahas tentang “Ikhlas” disitu disebutkan sebuah hadist yang sangat panjang. Dimana orang yang telah mempersembahkan puncak-puncak sebuah amalan (yakni : mati syahid, dermawan dan ahli ilmu /ulama) tidak diterima Allah SWT. Bisa jadi dengan mata lahiriah, manusia akan mengatakan bahwa mereka sudah pasti Ahli Surga. Tetapi Allah SWT Maha Tahu apa yang terbentik dalam hati dada manusia.

Maka selain dari tatacara-nya, niat adalah pasangannya ! tanpa itu atau salah satunya so dijamin amal akan menguap tidak berarti. Alias harus Ikhlas

39:2. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.

4:36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

17:23. Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Tugas utama para Rosul dan Nabi

Allah SWT telah memberitakan dalam Al Qur’an bahwa persoalan Aqidah dalam hal Ketauhidan sebagai PR utama para Nabi dan Rosul. Sebagai pondasi yang paling mendasar dalam mengarungi hidup, menghambakan diri dan beramal kepada Allah SWT. Berikut ayat-ayatnya :

16:36. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

7:59. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).

7:65. Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Ad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?"

7:73. Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata. "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih."

7:85. Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".



bersambung ...

Penulis :
Yudha Yudhaanto

Sumber :
Catatan Pengajian 03-08-2008 // Colomadu // Ust. Didik JS, MSi

Sunday, August 3, 2008

Gunung Sebagai Pasak Bumi

Oleh : M. Rum Budi S.

Lapisan kulit bumi mempunyai ketebalan kurang lebih 100 km dengan temperatur relatif jauh lebih rendah dibanding dengan lapisan dalamnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konveksi dimana massa dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah temperatur rendah atau sebaliknya. Teori aliran konveksi ini sudah lama berkembang untuk menerangkan pergeseran lempeng tektonik (plate tectonic) yang menjadi penyebab utama terjadinya gempa bumi tektonik. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Papua dan Maluku Utara.

Disamping gempa tektonik dikenal juga gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam, sedangkan gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis gempa lainnya sehingga efeknya lebih banyak terhadap bangunan.

Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang paling sering terjadi. Bahkan menurut para ahli gempa, setiap hari terjadi gempa tektonik, namun tidak dirasakan karena getarannya relatif kecil. Pusat-pusat gempa tektonik itu terletak pada tempat-tempat tertimbunnya energi alami yang tertahan di daerah tumbukan lempeng-lempeng bumi yang bergerak. Tumbukan antara lempeng samudra dan benua tersebut terjadi di daerah sepanjang palung laut. Pusat gempa di sepanjang palung itulah yang disebut sebagai hiposenter, sedangkan tegak lurus di atas hiposenter pada permukaan bumi disebut episenter.

Sudah menjadi ketentuan Allah bahwa kulit bumi itu bergerak dan pergerakannya terasa sangat lambat sekali, sehingga manusia yang bermukim dan berbudaya di permukaan bumi menyangka bahwa punggung bumi yang diinjaknya dan dihuni manusia ini seakan-akan diam. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah menjelaskan bahwa “gunung-gunung sebagai pasak “(An-Naba’ : 7), sehingga kulit bumi yang sebenarnya bergerak itu tidak bisa dirasakan oleh manusia. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya padahal dia berjalan sebagaimana jalannya awan. Demikian perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS An-Naml : 88).

Friday, August 1, 2008

Naik Motor

Oleh : M. Rum Budi S.

Jangan mentang-mentang ustad atau ustadah, naik motor nggak pakai helm malah pakai peci (kupluk) atau cuma pakai kerudung saja. Sebagai seorang muslim yang baik mari kita syiarkan akhlak kemusliman kita dengan berkendaraan motor. Ingatlah sukses anda mengendarai motor adalah sukses ibadah anda. 

Jadikan naik motor sebagai pelajaran hidup. Bila hari hujan naik motor memang tidak nyaman dibanding dengan naik mobil, tetapi ketika jalanan macet semboyan lebih baik naik motor adalah sangat tepat, karena cepat sampai tujuan, waktunya tidak habis di perjalanan dan kadang lebih fresh ketika sampai di tempat kerja. Prinsipnya mensyukuri mempunyai motor jauh lebih mulia dari pada menyesali punya mobil. Motor ataupun mobil itu hanya sebagai sarana ibadah untuk mengabdi kepada Allah. 

Dua hal apabila memiliki seorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan (HR. Attimirmidzi).

Kebagusan akhlak seseorang bisa dikenali dari cara orang mengendarai motor. Motor baru tidak mencerminkan akhlak pengendaranya. Akhlak seorang pengendara motor tergantung dari rasa syukur memiliki motor. Secara lahiriah bentuk syukur diwujudkan kelelengkapan alat-alat kendaraan dan surat-surat motor sehingga bebas kena denda (“ditilang”) dari Pak Polisi ketika pemeriksaan. Hal itu merupakan motto yang cukup ampuh mengarahkan anda bersikap tenang, hati-hati, dan tertib di jalan dan Insya Allah anda akan sampai pada tujuan perjalanan anda. 

Meningkatnya jumlah kendaraan yang tidak diimbangi dengan akhlak pengendaranya, maka jalan yang sebenarnya sudah lebar itu tetap terasa sempit. Ciri akhlah yang utama bagi seorang mukmin adalah berdoa ketika mengendarai motor. Doa akan berpengaruh pada sikap dan perilaku anda di jalan. Berdoa tidak banyak makan waktu, hanya sebentar saja. Hafalkan baik-baik atau kalau susah menghafal bacalah stiker doa naik kendaraan anda. Kebiasaan anda berdoa ketika naik motor akan menjadikan Allah membersamai keselamatan dan berkah anda di jalan. Sangat menyenangkan orang mukmin itu dalam keadaan apapun Allah senantiasa membersamainya.

Supaya kamu duduk (di atas tunggangan/kendaraan) kemudian kamu ingat nikmat Tuhan-mu; dan supaya kamu mengucapkan “Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (“Subhaanalladzii sachchoro lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahu muqriniina wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibuun”) (Az-Zukhruf: 13-14).

Walaupun sudah berdoa tetapi masih juga tabrakan, itu namanya apes, takdir, atau sudah menjadi ketentuan Allah sebelumnya. Setiap kejadian jelek ataupun baik yang menimpa diri kita adalah ujian bagi diri kita, untuk menguji siapa yang terbaik di antara kita.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan (Al-Anbiya’ : 35).