Wednesday, July 30, 2008

Lasta Masta Ustad Syafei

oleh: M. Rum Budi S.
Apa yang kau rasakan hari ini Ustad Syafei? jawabnya yang senantiasa muncul dari bibir sang ustad adalah kata-kata indah milik semua umat islam: Subhanallah, Alhamdulillah, hidup itu ternyata nikmat. Mungkin tidak banyak orang yang bisa merasakan bahwa hidup itu nikmat. Enjoy aja Mas katanya, hidup itu sangat singkat, cuma sebentar. Hidup itu seperti hanya mampir ngombe saja. Kalau nggak dinikmati rugilah. Apa yang kita bisa perbuat, kerjakanlah. Apa yang mudah kita lakukan, bersegeralah. Apa yang kamu senangi, nikmatilah. Pokoknya terserah ajalah. Gunakan waktu sehatmu sebelum sakitmu. Ketika sakit mungkin baru bisa dirasakan nikmatnya sehat. Mumpung masih sempat jangan kau tunda sebelum penyesalan datang. Umurmu masih muda dan jangkauan langkahmu masih panjang, kalau udah tua-kaya kakek-kakeh, nanti repot. Jadikanlah hidup itu setiap hari bertambah hidup (Lasta Masta!). Setiap orang bisa menikmati hidupnya dengan cara sendiri, tapi cara yang paling baik adalah menikmati dengan taat kepada Allah.
Ustad Syafei hari ini bisa mengatakan hidup itu nikmat, mungkin kondisi saat ini relatif serba kecukupan, celengan uangnya mungkin banyak. Bagaimana jawaban orang hari ini, kalau mereka itu hidupnya dalam kondisi susah, apakah bisa menikmati hidup ini?”. Ustad Syafei nampak semangat sekali kalau diajak ngobrol yang beginian ini. Sambil menggeser tempat duduknya, “Begini Mas Wahyul, memang secara umum orang yang lemah ekonomi, sepertinya susah menikmati hidup ini. Tetapi sesungguhnya masyarakatpun sudah pada maklum bahwa uang bukan jaminan untuk menghindar dari susah, sakit, malas, lemah, tua, dan lain-lain lah. Uang bukan segalanya atau faktor utama menjadi penentu orang bisa menikmati hidup ini. Malahan sebenarnya kalau Mas Wahyul mau memperhatikan bagaimana orang-orang Borju Jakarta diperbudak oleh jabatan, terlalu sibuk dengan bisnisnya, atau bahkan dipermainkan anak buahnya. Mereka sering ngomong “banyak duit itu malah sering bikin pusing, banyak sekali hal yang dikorbankan”. Selebritis itu banyak uang, tetapi susah menikmati hidup, mereka mengeluh “prevacy – nya senantiasa terganggu oleh wartawan yang suka ceplas ceplos, kadang memang banyak ngawurnya”.

Ustad Syafei mengakui jaman sekarang ini memang jaman materialistis, kalau ndak punya uang sepertinya hidup itu tampak buram atau gelap, sehingga uang memang diperlukan, akan tetapi jumlah sedikit yang mencukupi kebutuhan hidup untuk taat kepada Allah lebih baik dari banyak uang namun melupakan taat kepada Allah. Jadi taat kepada Allah adalah k
uncinya kenikmatan hidup itu sendiri. Mas Wahyul mengangguk-angguk dengan tausiah Ustad Syafei: “Ketika kekayaan itu tidak bisa menghantarkan dirinya bersikap bersyukur kepada Allah, maka keserakahan membentuk kebiasaan hidupnya, sehingga hidup itu senantiasa terbelenggu oleh sikap perilaku yang tidak pernah cukup. Selama keserakahan bersemayam dalam diri kita, walaupun harta kita melimpah, sebenarnya kita itu berada dalam kemiskinan yang sejati. Orang yang sengsara adalah orang yang miskin di dunia serta kebiasaan hidupnya jauh dari ketaatan kepada Allah. Sedangkan orang yang dimudahkan mencari uang dan membelanjakannya di jalan Allah, itulah orang yang digampangkan menikmati hidup. Tetapi sesungguhnya berapapun uang yang sedang kita cari maupun yang kita miliki, nikmatilah dengan cara taat kepada Allah”.
Ustad Syafei kemudian memberi pelajaran ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an: “Kemudian manusia pasti akan ditanyai pada hari akhir nanti tentang kenikmatan yang dimegah-megahkan di dunia ini” (At-Takasur, QS 102: 8), “Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, siddiqin, syuhada, dan sholihin. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (An-Nisa’, QS 4: 69).

Ustad Syafei menegaskan kembali untuk Mas Wahyul, bahwa yang membedakan orang memahami hidup itu nikmat adalah cara berfikirnya. Berfikir secara islami sebenarnya lebih tepat, lebih benar, lebih mudah, dan lebih menolong, untuk memahami nikmat hidup itu dimana dan kapanpun juga. Oleh karena itu ikutilah agama islam bagaimana mengajarkan berfikir tentang nikmat hidup itu, pasti kita akan dibawanya menuju puncak nikmat hidup di dunia dan di akhirat nanti.

(Tulisan ini sebagai tombo kangen buat sahabat saya Pak Wahyul yg sedang ambil program Doktor di Jepang).

Tuesday, July 29, 2008

Tinggal Glanggang Colong Playu

Oleh: M. Rum Budi S.

Tinggal glanggang colong playu (peribahasa jawa), yang menggambarkan orang yang tak bertanggung jawab. Padahal nilai seseorang dalam hidup ini tergantung dari rasa tanggung jawabnya. Makin tinggi nilai tanggung jawabnya makin tinggi kualitas hidupnya. Tanpa dilandasi rasa tanggung jawab semua pekerjaan tidak bisa terencana dengan baik, terlaksana secara urut sesuai prosedur, dan tidak pernah mendapatkan hasil yang optimal. Tanggung jawab adalah kunci kesuksesan hidup seseorang. Kegagalan bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakannya telah menghilangkan rasa kepercayaan orang lain dan menghinakan diri sendiri.


Problem seseorang senantiasa menjadi komplek, rumit, tak berujung, karena tanggung jawab terhadap hal-hal kecil diabaikannya. Padahal sekecil apapun pekerjaan yang telah diamanatkan kepada seseorang membutuhkan tanggung jawab.

Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Seorang istri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pada setiap orang pada dirinya meleket rasa tanggung jawab. Tetapi kecenderungan kebanyakan orang malah ingin lari dari rasa tanggung jawab. Hal tersebut disebabkan karena, pekerjaan dianggap sebagai beban bukan ibadah, sehingga apa yang dilakukan tidak dipikirkan lebih dahulu dan hanya didasarkan atas dorongan emosional bukan timbul dari akal sehat, hati yang bersih, data dan informasi yang benar.

Kita belum biasa terlatih bertanggung jawab dihadapan Allah. Kita lebih sering terkonsentrasi memikirkan berbagai cara
bertanggung jawab terhadap manusia. Akibatnya orang sering mencari celah, alasan, kesempatan untuk keluar dari rasa tanggung jawab. Manusia memang tempat banyak salah dan dosa, jauh dari akhlak kharimahnya, mempunyai tabiat paling gampang diajak jahat untuk korupsi, kolosi, dan nepotisme, sehingga menguntungkan kepetingan diri sendiri dan merugikan banyak orang. Kadangkala Allah senantiasa membiarkan orang-orang yang bergelimang dosa tersebut melakukan perbuatan dosanya sampai mereka menemukan kematian, saat ajal menjemputnya.

Mereka yang tidak bertanggung jawab, menganggap Allah tidak melihat terhadap apa yang diperbuatnya, padahal kepada Allahlah mereka akan bertanggung jawab. Sebab Allah mencip
takan manusia yang hidup ini bukan main-main, tapi semua manusia akan kembali kepadaNya dan akan mempertanggung jawabkan semua amal perbuatan pengabdiannya kepada Allah besok di hari akhir.

Pemilihan presiden langsung yang dipilih oleh rakyat adalah konsep paling jitu untuk menjadikan sang presiden bertanggung jawab penuh terhadap yang dipimpinnya. Bangsa yang besar ini tidak akan mungkin bisa keluar dari kemelut permasalahan pokok yang dihadapi rakyatnya seperti ketidakadilan, kemiskinan, penyelewengan (korupsi) dan lain-lain, apabila pemimpin pemerintahan bagsa ini dan rakyaknya belum pandai bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya. Dari hal yang kecil sampai hal yang besar.

Presiden adalah pemimpin rakyatnya. Rakyat akan sangat senang apabila pemimpinnya sangat berani mengambil tindakan kebenaran walaupun kadang pahit. Sukses dan gagalnya suatu bangsa dalam bertindak dapat diukur dari keberanian sang pemimpin dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diputuskannya. Masih banyaknya koruptor yang belum diproses secara hukum, merupakan indikasi belum berhasilnya keberanian menegakkan keadilan. Pemimpin yang mengumbar banyak janji tetapi kemudian terus tidak menepati, bisa dikatakan sebagai pemimpin yang hanya besar omongannya tidak ada tindakan kongkritnya atau NATO (Not Action Talk Only).

Kalau setiap pimpinan sadar bahwa tiap detik, menit, jam dan hari merasa bertanggung jawab kepada Allah karena ada Malaikat yang mengikuti di belakang/depan mereka serta berada di kanan/kiri untuk mencatat perbuatan mereka, maka setiap pengambilan keputusan yang diambil oleh pemimimpin tersebut akan ditolong oleh Allah. Semua pekerjaan akan berjalan lancar.





Tanggung jawab berlaku untuk kurun waktu selamanya, bukan sementara. Manusia sebagai mahluk yang bertanggung jawab adalah keabadian. Tanggung jawab tidak hanya berhenti di dunia tetapi akan berlanjut sampai negeri akherat. Berfikirlah, berucaplah, dan bertindaklah sehingga bisa dipertanggung jawabkan hingga nanti disisi Allah.

Siapa yang bertanggung jawab kepada Allah akan selamat. Orang yang bertanggung jawab kepada Allah otomatis telah betanggung jawab kepada manusia dengan baik, karena ingat Allah adalah sumber kekuatan tanggung jawab dalam beramal sholeh.

Wednesday, July 23, 2008

Takut Allah Bukan Slogan Semata

Oleh: M. Rum Budi S.

Untuk menyuntik semangat keberanian terhadap anggota kelompoknya, kadang sambil meneriakkan takbir 3x, orang sering berucap : tak ada yang saya takuti kecuali Allah swt. Seakan-akan dengan ucapan itu Allah swt bersama mereka dan melindungi perbuatan mereka. Padahal perbuatan yang akan dilakukan bukan perbuatan yang diridhoi Allah swt. Apa yang diperjuangkan padahal tidak sesuai dengan syariat Allah swt. Takut kepada Allah swt seolah-olah diartikan sebagai alat motivasi untuk menghadapi musuh supaya apa yang dicita-citakan untuk kepentingan dunia itu tercapai, sehingga Allah swt dipersonifikasikan ada dibelakang mereka.

Takut kepada Allah swt bukan jargon politik, bukan kata-kata selogan, dan bukan kalimat untuk menakut-nakuti, tetapi mempunyai makna amaliah dan tanggung jawab dihadapan Allah swt. Dan orang yang paling takut kepada Allah swt adalah Rasulullah. Tidak ada yang takut kepada Allah swt kecuali beliau. Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya “ sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah adalah aku.” (HR. Bukhari, Amad, dan Abu Daud).

Abu Bakar Ash-Shiddiq ra mencirikan golongan orang yang takut kepada Allah swt dengan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Merasa rendah diri di hadapan Allah swt.
2. Merasa kebaikannya masih sedikit.
3. Merasa banyak dosanya.
(Iman Nawawi dalam Nasaihul Ibad).

Merasa rendah diri dihadapan Allah swt adalah mengakui apa yang dilakukan selama ini belum sepenuhnya memenuhi panggilan islam secara kaffah dan belum maksimal menggunakan tenaga dan waktunya untuk mengabdi kepada Allah swt.

Merasa kebaikannya masih sedikit adalah wujud dari takut kepada Allah. Takut bahwa amalnya nanti tidak diterima Allah swt karena tidak sesuai dengan niat yang ikhlas, tidak mengikuti sunnah RasulNya, dan tidak sesuai dengan dengan jalan yang lurus (jalan Al-Qur’an).

Manusia memang tempat salah dan banyak dosa karena sifat lemahnya. Tetapi sedikit orang yang merasa banyak dosanya. Sebagai orang mukmin dan muslim yang hatinya hidup, seharusnya yang paling ditakuti adalah banyaknya dosa yang melekat dalam dirinya. Merasa banyak dosa dari apa yang telah diperbuat akan mengakibatkan orang segera bertobat dengan memperbaiki semua amaliyahnya, dan akan terus –menerus melaksanakan kebaikan. Sedangkan orang kafir itu senantiasa memandang baik apa yang telah mereka kerjakan dan bangga dengan dosa-dosanya.

Takut kepada Allah swt pada prinsipnya merupakan bukti orang yang tidak mengutamakan kehidupan duniawi serta mengetahui bahwa kehidupan akherat itu lebih baik dan lebih abadi, sehingga ia menunaikan segala apa yang diwajibkan Allah swt serta menjauhi semua larangan-Nya.

Allah menjelaskan bahwa Dia telah menyediakan dua surga yang takut kepadaNya.

Bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga” (QS ar-Rahman: 46).




Monday, July 21, 2008

Bila Diseru Allah

Oleh : M.Rum Budi S.

Sebagai staf atau pejabat yang mempunyai loyalitas dan kesetiaan, memang susah menolak tugas atasannya, tapi bisa dipikirkan bagaimana mengutamakan seruan Allah dari pada ajakan manusia. Misalnya kalau ada kemungkaran yang dilihat di lingkungan kerjanya, bagaimana seorang pegawai berani amar ma’ruf nahi mungkar sekuat tenaga yang dilakukan karena Allah, sehingga tidak membiarkan kemungkaran itu berlangsung terus.

Seruan Allah kepada manusia untuk bersyahadat, sholat, zakat, puasa dan haji bagi setiap orang muslim begitu jelas seperti mereka melihat perbedaan warna hitam dan putih. Setiap muslim memahami bahwa hal tersebut adalah suatu amal kewajiban dan bila meninggalkannya adalah dosa. Setiap muslim sadar betul bahwa setiap seruan yang berasal dari Allah dan RasulNya adalah kebenaran dan bisnis yang menguntungkan (bisnis yang tidak dirugikan sama sekali) di dunia maupun di akherat. Tetapi kebanyakan dari manusia itu berpaling atau sengaja memalingkan diri dari seruan Allah. Berpaling dari seruan Allah adalah pekerjaan orang-orang yang tidak tahu diuntungkan dan lemah dalam pandangan terhadap negeri akherat.

Orang-orang yang berserah diri, beriman kuat dan bertawakal hanya kepada Allah senantiasa datang menuju seruan Allah. Bila adzan dikumandangkan mereka segera menyambutnya dan hatinya akan selalu resah bila tidak menyepurnakan wudunya kemudian melangkahkan ke masdjid untuk berjamaah. Bila malam telah sampai di 1/3 ujungnya, mereka berdiri lama untuk sholat tahajut dan memohon ampun atas segala kesalahan yang diperbuat. Mereka senantiasa membuktikan ketaatannya untuk sholat subuh berjamaah di Masjid, karena tahu betapa besar manfaat berjamaah sholat subuh. Bila biaya telah mencukupi untuk memenuhi panggilan ibadah haji mereka bersegera memenuhi, tanpa banyak alasan apapun juga, karena mereka takut alasannya tidak bisa dipertanggung jawabkan dihadapan Allah dan mereka takut pula termasuk orang yang matinya dalam keadaan Nasrani atau Yahudi.

Menomor satukan seruan Allah itu juga mereka buktikan dengan senantiasa berbaik sangka terhadap apa yang ditakdirkannya, sehingga Allah memasukkan mereka kepada hamba-hambaNya yang beribadah dengan baik. Artinya mereka bersyukur atas sekecil nikmat apapun yang diterimanya dan bersabar atas setiap cobaan yang ditimpakannya. Bagi mereka seruan Allah adalah santapan yang lezat dan istirahat yang mencukupi.

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS Ali Imran 133).

Bersegera kepada seruan Allah mengandung pengertian peningkatan upaya untuk berlomba saling mendahului dengan yang lain menuju ampunan Allah. kemudian menyadari semua kesalahan dan keterbatasannya, karena orang beriman tahu bahwa Allah Maha Penerima Taubat dan Maha pengasih. Siapapun orang muslim yang terus berlomba untuk menyambut segera seruan Allah, Insya Allah mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Kalau ada yang mengklaim bahwa hanya diri dan kelompoknya saja yang masuk surga berarti telah mempersempit surga Allah yang sangat luas. Tetapi yang jelas tiket masuk surga itu syaratnya setia dan loyalitasnya tinggi kepada seruan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal. (QS Al-Anfaal 2).

Seruan Allah itu tidak akan masuk ke dalam hati orang munafik, karena orang munafik itu pembohong, sukar mengingkari janji dan tidak memegang amanah. Orang munafik itu pada dasarnya tidak beriman sedikitpun terhadap ayat-ayat Allah, tidak bertawakal, tidak sholat saat sendirian, dan tidak menunaikan zakat dalam harta kekayaan mereka. Tetapi seruan itu hanya untuk orang-orang beriman yang apabila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, lalu merekapun bersegera melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka. Dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakkal.

Allah ‘Azza wajalla berfirman dalam (Hadist Qudsi): “ wahai orang yang esok hari bila diseru oleh manusia akan menyambutnya, dan bila diseru Allah dia berpaling dan mengesampingkan, ketahuilah, apabila kamu minta Aku memberimu. Jika kamu berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, dan apabila kamu sakit Aku sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki, dan jika kamu mendatangi- Ku Aku menerimamu, dan bila kamu bertaubat Aku ampuni dosa-dosamu, dan Aku Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih”. (HR. Attimirmidzi dan Al Hakim)
.
 

Friday, July 18, 2008

Allah Sang Zaman

 Oleh: M. Rum Budi S.

Banyak orang mengeluh tentang zaman ini sebagai zaman edan, kalau nggak edan nggak kebagian. Menjadi persepsi masyarakat ungkapan “susah mencari rejeki halal yang tersisa tinggal yang haram”. Perzinaa
n sebagai perbuatan hina dilakukan terang-terangan bahkan diiklankan di semua Mass Media. Semua orang terperdaya oleh kehidupan menumpuk harta. Katanya zaman ini zaman materialistis, tanpa harta kehidupan ini hampa. Zaman dimana masyarakat hidup di Negeri yang sering diplesetkan orang sebagai Republik Bener-Bener Mabuk (Republik BBM), masyarakatnya bisa baru mimpi (BBM) tidak memiliki konstribusi dan produktivitas dalam kenyataan pembangunan. Sesungguhnya bila direnungkan setiap zaman itu mempunyai identitasnya sendiri. Setiap orang boleh berkomentar dan tidak puas terhadap kondisi zaman yang mereka ada di dalamnya, tetapi zaman tetap berjalan dan terus berlalu, tak ada yang bisa mencegahnya.

Semua peristiwa apa yang sudah, sedang dan akan terjadi pada setiap deretan sekala waktu dan setiap titik tempat sampai akhir zaman nanti, semua terjadi atas ijin Allah. Kalau Republik ini dihuni oleh pemimpin yang kurang amanah, penuh korupsi dan penuh dagelan, anggaplah itu proses awal menuju pemimpin yang penuh keadilan. Pada prinsipnya Allah memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki dan mencabut kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki. Seandainya Allah akan menjadikan pemimpin negeri ini kuat imannya dan penegak syariah islam, tentu Allah akan memberi petunjuk kepada para pemimpin itu untuk lebih memahami dan mengamalkan ajaran agama islam. Allah adalah Sang Zaman yang menggilirkan malam dan siang. Sesungguhnya Allah kuasa terhadap segala sesuatu. Setiap umat atau indivdu ada masa ajalnya, mempunyai masa jaya dan waktu kehancurannnya. Biarkan zaman ini bergulir terus sesuai sunnatullahnya, berubah dan berubah sampai menemukan takdirnya.

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS Ali Imran 26)

Allah menganugerahkan kekuasaan dan mencabutnya, memuliakan dan menghinakan kepada suatu kaum atau perorangan. Allah adalah sumber kebaikan. Hanya di tangan Allah segala kebajikan. Allah yang menciptakan dan mengatur Zaman ini dan pengaturanNya sungguh sangat baik, tidak akan ditemui sedikitpun cacat. Warna Zaman ini hakekatnya indah berpelangi, kalau kaum Negeri ini menduga buruk sebenarnya lahir dari keterbatasan pandangan, belum tahu ilmunya, sehingga tidaklah wajar kalau keburukan itu dinisbatkan kepada Allah Swt.

Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)." (QS Ali Imran 27).

Zaman ini ditandai oleh keadaan siang dan malam, hidup dan mati yang silih berganti dan didasari oleh kehendak Allah melalui hukum-hukum yang telah ditetapkanNya. Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa ada yang berhak mempertanyakan kepada-Nya, mengapa Dia memperluas rezeki kepada seseorang, suatu lembaga ataupun negara dan mempersempit kepada yang lain. Allah maha kaya tidak peduli berapa yang Dia berikan. Bila seseorang mencoba mau menghitung rezeki yang diberikan Allah tentu tak akan bisa menghinggakannya.

Allah Swt berfirman dalam hadits Qudsi: “ Anak Adam mengganggu aku, mencaci maki zaman (masa), dan Akulah zaman. Aku yang menggilirkan malam dan siang. (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu bergembiralah bersama zaman dan nikmatilah hidangan dari Allah Sang Zaman jangan pernah berkeluh kesah, sekalipun bentuknya musibah. Allah menciptakan zaman untuk menguji siapa yang terbaik amal perbuatannya, dan siapa yang bisa lulus dari setiap ujian merekalah yang sukses hidupnya sampai akhir zaman. Tak perlu dengki-iri terhadap rezeki yang diberikan kepada orang, lembaga, ataupun negara lain. Warnailah zaman kehidupanmu dengan tetap dalam memurnikan ketaatannya menjalakan agama islam. Sebagai sesama muslim yang hidup dalam satu zaman, mari kita bersatu bekerja sama atau bersama-sama bekerja dalam menyosong tugas dakwah islamiyah, saling menguatkan bukan saling melemahkan.

Double Gardan

Oleh: M. Rum Budi S.  

Sudah menjadi kenyataan atau kelaziman jaman sekarang ini bahwa suami-istri bekerja. Menurut pendapat umum, kalau suami-istri bekerja, penghasilan suatu keluarga secara matematis akan lebih besar karena berpenghasilan ganda, sehingga nampak oleh orang lain perekonomian keluarga itu terasa lebih mapan dibandingkan dengan kalau istri tidak bekerja. Istilah di masyarakat untuk suami-istri yang semuanya bekerja disebut berpenghasilan double gardan.


Secara prinsip dalam agama double gardan itu tidak dilarang. Rasullulloh dan Siti Khotijah adalah suami-istri yang semua bekerja dan berpenghasilan. Boleh dan tidaknya istri bekerja sebenarnya tergantung dari kesepakatan suami-istri. Selama suami mengeluarkan ijin kepada istri untuk bekerja, maka syah-syah saja istri itu bekerja dengan tetap mengikuti rumusan taat kepada suami. Dalam membangun bentuk kesepakatan suami-istri itu harus berdasarkan keikhlasan yang berpegang teguh pada hak dan kewajiban sebagai suami-istri. Setiap keputusan yang diambil oleh suami wajib mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya, yang adil dan ikhsan dengan mempertimbangkan keberatan-keberatan yang diajukan oleh istri. Kewajiban suami bekerja adalah memberi nafkah kepada istri, sedangkan hak istri adalah mencukupkan pemberian suami. Istri bekerja itu bukan kewajiban tetapi hanyalah kebolehan saja, tergantung apa yang telah menjadi keputusan suami. Sampai kapanpun istri bekerja itu tidak akan bisa merubah hak dan kewajiban di dalam keluarga sebagai suami-istri yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya. Istri boleh saja bekerja ketika gaji suami tak bisa mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan belanja bulanan keluarga yang kurang. Istri boleh juga bekerja karena kepingin mengaktualisasikan dan menunjukkan bahwa kemampuannya bermanfaat atau dibutuhkan orang lain. Istri syah-syah saja bekerja karena kawatir suami selingkuh, suami lepas tanggung jawab, atau suami meninggal dunia lebih dahulu.

Kendala suatu keluarga tetap berada pada suami. Apabila suami memutuskan untuk mengendalikan bahtera rumah tangganya itu diperlukan Surat Keputusan Istri Bekerja (SKIB), maka istri memang sebaiknya bekerja dengan tidak menjadikan kewajiban sebagai istri tebengkalai. Selama istri bekerja tetap berpegang teguh kepada jalur mengikuti keputusan suami, maka Insya Allah akan bernilai ibadah.
Ketika keputusan sudah diberikan kepada istri untuk bekerja, maka besarnya penghasilan istri tidak perlu disesali dan dipermasalahkan. Penghasilan istri itu tidak bisa ditentukan harus lebih besar, hampir sama atau lebih kecil dari gaji suami. Rejeki Allah yang mengatur. Besarnya gaji istri, memang kadang berpengaruh terhadap perasaan suami. Umumnya rasa percaya diri suami akan terangkat lebih tinggi apabila istri bekerja hanya sebagai sambilan saja, artinya gaji istri lebih kecil atau hampir sama dengan suami.

Tetapi apabila gaji istri lebih besar perasaan suami memang sering terganggu.
Sesungguhnya apabila suami-istri menyadari bahwa istri bekerja karena ijin suami dan suami bersyukur karena istrinya bisa menambah penghasilan, maka tak perlu keharmonisan keluarga itu terganggu. Jalannya bahtera dalam rumah tangga itu tergantung kesepakatan yang terus menerus secara istiqomah dibangun oleh suami-istri sesuai peraturan agama. ...Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya,...(QS Al-Baqarah 233).

Thursday, July 17, 2008

Perempatan Lampu Merah

Oleh: M. Rum Budi S.

Ketika mobil berhenti di perempatan lampu merah, tukang rokok akan senantiasa menawarkan barang dagangan, tukang bersih-bersih kaca langsung bekerja, pengamen langsung menempel di jendela mobil anda dan tidak lupa pengemis mengadahkan tangannya untuk meminta shodaqoh dari anda. 
Anda memang harus hati-hati, karena sikap hati-hati itu akan lebih menyehatkan qolbu anda dan memberikan banyak kesempatan untuk mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang anda alami. Jagalah hati anda ketika memberi shodaqoh kepada pengemis, tukang bersih-bersih kaca dan pengamen yang anda jumpai di perempatan lampu merah. Berbuatlah ikhlas, jangan berprasangka buruk atau mengiringi pemberian uang recehmu dengan kata yang menyakiti hati sipenerima walaupun apa yang anda ucapkan tidak terdengar oleh mereka.
Wahai, orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan sipenerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. (QS Al-Baqarah 264).
Untuk mencapai keikhlasan beramal diperlukan niat yang lurus. Niatkan untuk setiap harinya anda bisa menyisihkan uang untuk memberi shodaqoh kepada pengemis dan pengamen, disetiap kesempatan melewati perempatan lampu merah. Semakin banyak anda melewati lampu merah semakin besar pahala shodaqoh anda. Mungkinkah uang Shodaqoh anda hari ini lebih besar dari biaya uang rokok anda? Besarnya uang memang tidak menjamin niat lurus anda beramal, tetapi berlomba-lomba dalam kebaikan yang merupakan ciri semangat orang mukmin.
Barangsiapa menyenangi amalan kebaikan dan menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin (HR. Al Hakim).
Ingatlah kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Penyayang dan taatilah peraturan lalu lintas. Allah memberi kepada anda kemampuan untuk membeli kendaraan dan anda pandai mengendarainya. Mengapa anda tidak berterima kasih kepada Allah, untuk membayar zakat kendaraan anda, dan memperbanyak infak dan shodaqoh ketika berkendaraan?. Allah pasti akan mengganti dan melipat gandakan apa yang telah anda infakkan.
Katakanlah sesungguhnya Tuhan-ku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. “Dan barang apa saja yang yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya (QS:Saba’; 39).
Saking takutnya bershodaqoh, kemudian melanggar lampu merah . Kemudian Kolusi sebenarnya hal yang seharusnya anda sangat benci, tetapi terpaksa dilakukan. Kalau Pak Polisi penjaga lampu merah yang anda sering tuduh suka mencari-cari kesalahan orang lain, ternyata penyebabnya adalah diri anda sendiri. Sadarilah menghindari berhubungan dengan Pak Polisi untuk hal-hal yang sangat tidak perlu, jauh lebih mengurangi dosa anda. Minta ampunlah kepada Allah, bila terpaksa anda melakukannya. Ketika melewati atau berhenti di lampu merah perbanyakilah istighfar. Insya Allah anda akan beristighfar setiap harinya lebih dari 70 kali. Sesungguhnya Nabi Muhammad beristighfar minimum 70 kali.
Barangsiapa memperbanyak istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan memberinya jalan ke luar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya (HR. Abu Dawud).

Berhati-Hatilah Dengan Pujian

oleh Yuda Yudhanto
Pujian mungkin bisa menumbuhkan kepercayaan diri. Namun pujian adalah rangkaian kata-kata yang harus anda waspadai. Ketika anda menerima pujian, dalam hati anda tersanjung, lalu mengangguk-angguk membenarkannya. Sesaat kesadaran anda lenyap terbuai oleh perasaan yang luar biasa nikmat. Ini keruntuhan pertama. Berhati-hatilah dengan pujian. Perlakukan ia seperti anda melihat ular berkulit indah namun menyemburkan racun. Keruntuhan selanjutnya terjadi, bila anda mulai berkarya karena mengharap pujian. Pujian itu bagai air laut. Semakin banyak diminum, semakin hauslah anda.


Ia membunuh anda perlahan-lahan. Bukan karena terlalu banyak garam yang anda reguk. Namun, karena kerakusan anda yang tak terpuaskan. Bekerjalah dengan tulus, karena anda memiliki tujuan mulia untuk ditunaikan. Siapkan keranjang sampah besar untuk menyingkirkan semua pujian yang datang. Anda sama sekali tak memerlukan pujian. Anda memiliki jalan anda sendiri.