Friday, September 5, 2008

Prof. Dr. Percuma

oleh: M. Rum Budi S.

Berangkat dari kekaguman saya kepada Pak Dosen yang bergelar Prof. Dr. berumur setengah baya itu, teman-teman mahasiswa sering menyebutnya orang pinter. Sebagai dosen senior kalau berkomunikasi dengan mahasiswanya dan sesama teman dosen, sikapnya sopan, kata-katanya santun, bahasanya mengalir bagus. Tampak di mata saya seperti orang sholeh yang kehidupan dunianya sangat menyenangkan. Secara materi jelas hartanya lebih dari cukup. Ketika presentasi dalam seminar pendapatnya gampang diterima, karena konsepnya yang sederhana dan aplikatif. Tak saya duga, ternyata beliau tidak mengenal Tuhannya, karena beliau hanya percaya bahwa kehidupan di jagad raya ada karena sendirinya dan rusak karena sendirinya. Dalam hati saya kaget dan bertanya kenapa beliau susah percaya kalau semua itu ada yang menghendaki atau ada penciptaanya?, padahal banyak ahli yang kapasitasnya setara dalam satu profesi, akan  mudah sekali membuktikan kebenaran Allah sebagai Maha Pencipta. Saya sadar itu masalah hidayah Allah dan terserah kehendak Allah. "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu (Ucapan Tauhid) dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki". (QS Ibrahim : 27). 

Kekagumanku terus berubah lebih dari kecewa, karena beliau sang Prof. Dr. tersebut punya murid yang saya juga kenal, sebenarnya di bidang profesinya murid tersebut saya tahu nggak bodo-bodo amat, alur logikanya bagus juga. Tapi sama saja “setali tiga uang” dalam konsep keyakinannya, katanya: “bagaimana mungkin orang yang sudah mati, bisa dibangkitkan kembali?”. Dengan sedikit mengejek, teman saya tadi mencoba memancing kemarahan saya untuk menjawabnya. Tapi saya senang ngambil sikap diam, bukankah berbantahan dengan orang semacam itu menyesatkan?, karena saya pikir percuma saja, orang yang berbeda keyakinan kalau berdiskusi tentang keimanan ndak akan nyambung, tak akan mungkin bisa menemukan konklusinya. Orang-orang semacam itu sama saja, diberi jawaban atau tidak diberi jawaban, tetap saja tidak beriman. Saya ingat perbandingan antara orang yang beriman dengan Allah dan Hari Akhir dan yang tidak beriman itu, seperti  Firman Allah : Perbandingan kedua golongan itu (orang-orang kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran (daripada perbandingan itu)?. (QS Huud : 24)
.
Menurut pandangan masyarakat, orang yang sama-sama bergelar Prof. Dr., hidupnya di dunia sama-sama terhormat, tetapi kalau dicermati lebih lanjut dengan kacamata keimanan, sifat Prof. Dr. mukmin dan sifat Prof. Dr. kafir itu sangat berbeda sekali, apalagi kehidupannya di akherat nanti.  P
ercuma saja jadi orang bergelar Prof. Dr., mengakunya orang islam tapi keyakinannya jauh dari kebenaran Allah (Al-Quran) dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad Sallahu’alaihi wassalam). Orang semacam itu saya sebut dengan gelar "Prof Dr. Percuma", gelar tersebut termasuk orang-orang yang bergelar Prof. Dr. di dalam kelompok pemikir islam liberal, muridnya Bpk. Ulil Abshor Abdalla (Tokok Islam Liberal Indonesia).


No comments: