Sunday, August 3, 2008

Gunung Sebagai Pasak Bumi

Oleh : M. Rum Budi S.

Lapisan kulit bumi mempunyai ketebalan kurang lebih 100 km dengan temperatur relatif jauh lebih rendah dibanding dengan lapisan dalamnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konveksi dimana massa dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah temperatur rendah atau sebaliknya. Teori aliran konveksi ini sudah lama berkembang untuk menerangkan pergeseran lempeng tektonik (plate tectonic) yang menjadi penyebab utama terjadinya gempa bumi tektonik. Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Papua dan Maluku Utara.

Disamping gempa tektonik dikenal juga gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam, sedangkan gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis gempa lainnya sehingga efeknya lebih banyak terhadap bangunan.

Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang paling sering terjadi. Bahkan menurut para ahli gempa, setiap hari terjadi gempa tektonik, namun tidak dirasakan karena getarannya relatif kecil. Pusat-pusat gempa tektonik itu terletak pada tempat-tempat tertimbunnya energi alami yang tertahan di daerah tumbukan lempeng-lempeng bumi yang bergerak. Tumbukan antara lempeng samudra dan benua tersebut terjadi di daerah sepanjang palung laut. Pusat gempa di sepanjang palung itulah yang disebut sebagai hiposenter, sedangkan tegak lurus di atas hiposenter pada permukaan bumi disebut episenter.

Sudah menjadi ketentuan Allah bahwa kulit bumi itu bergerak dan pergerakannya terasa sangat lambat sekali, sehingga manusia yang bermukim dan berbudaya di permukaan bumi menyangka bahwa punggung bumi yang diinjaknya dan dihuni manusia ini seakan-akan diam. Di dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah menjelaskan bahwa “gunung-gunung sebagai pasak “(An-Naba’ : 7), sehingga kulit bumi yang sebenarnya bergerak itu tidak bisa dirasakan oleh manusia. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap ditempatnya padahal dia berjalan sebagaimana jalannya awan. Demikian perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS An-Naml : 88).

2 comments:

Yudha Yudhanto said...

Subhanallah :) smoga diberi sadar orang yang sedang sombong saat ini...
Wah kalo diterangkan "manusia kog ndak mencelat padahal bumi mubeng seser pisan" tambah keren artikel ini pak..jzkk

muh rum said...

ya insya Allah nanti ditulis dalam artikel lain, Taukah Anda Kecematan bumi itu berputar?